PANGKALAN BANTENG – Warga Desa Karang Mulya, Kecamatan Pangkalan Banteng, dikagetkan dengan perubahan air sumur milik Antok. Air yang biasanya bening menjadi merah jambu.
Antok yang tinggal di kawasan RT 26 desa tersebut kini bingung mencari air bersih. Biasanya dia mengandalkan sumur galian miliknya.
”Minggu (11/10) air masih jernih seperti air sumur biasanya. Tapi Senin (12/10) sore tiba-tiba sudah berubah warna. Warnanya merah jambu mirip batu akik red borneo,” ujarnya, Rabu (14/10) pagi.
Antok mengira perubahan warna air sumur miliknya akibat kontaminasi pupuk dari kebun karet dan sawit yang tak jauh dari rumahnya. Namun, pemilik kebun jarang memupuk tanamannya di musim kemarau.
Meski tidak berbau dan tidak menimbulkan gatal atau iritasi kulit, Antok mengaku tak berani memakai air sumur yang hanya berjarak 10 meter dari rumahnya itu.
”Tidak ada bau, cuma warna saja yang berubah. Coba saya siramkan ke tangan dan saya gosok-gosok juga tidak menimbulkan gatal. Tapi saya enggak berani pakai untuk mandi atau yang lain, takut kalau beracun,” tambahnya.
Selain sumur tanpa beton dengan ke dalaman tiga meter itu, sumur lain miliknya yang sudah dipasang beton juga berwarna merah jambu.
”Awalnya saya kira hanya sumur yang satu itu, tapi sumur yang sudah saya beton juga sama warnanya,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kobar Fahrizal Fitri mengaku belum menerima laporan tersebut. Dia hanya menghimbau kepada masyarakat untuk sementara tidak menggunakan air sumur tersebut.
”Kita akan ambil dan uji sampel air sumur tersebut, untuk sementara jangan digunakan dulu. Sebab kita belum tahu pasti apa kandungan air berwarna merah jambu itu,” ujarnya.
Terkait penyebab perubahan warna air itu, pihaknya tidak bisa berspekulasi apa penyebab perubahan warna tersebut.
”Kalau disebabkan oleh akar, mungkin warnanya akan seprti air teh yang biasa kita temukan di sungai-sungai di Pangkalan Bun. Tapi kalau di Pangkalan Banteng jika disebabkan karena tumbuhan kita juga belum yakin. Kita akan ambil sampel dulu saja, agar bisa diketahui apa penyebanya,” pungkasnya. (sla/yit)