SAMPIT – Fenomena Skip Challenge saat ini semakin meresahkan masyarakat. Pasalnya dapat menimbulkan kerusakan pada sel otak. Rata-rata aksi ini memang terjadi di kalangan anak sekolah.
Guna mencegah hal itu terjadi, DPRD Kotim mengimbau kepada para orang tua dan pihak sekolah agar melakukan pengawasan lebih terhadap perilaku anak-anak.
Ketua Komisi III DPRD Kotim, Rimbun meminta agar sekolah di Kotim mensosislisasikan bahaya Skip Challenge. Pasalnya, permainan mematikan ini belum banyak diketahui kalangan pelajar.
“Permainan mematikan itu rawan ditiru oleh kalangan pelajar, dewan guru dan kepala sekolah mesti tanggap mencegah keras aksi ini dipraktikkan, apabila itu terjadi, maka petaka bagi sekolah,” kata Rimbun kepada Radar Sampit, Selasa (21/3).
Rimbun meminta agar sekolah harus tegas kepada siswa, agar tidak bisa dijadikan bahan permainan dan candaaan. Politikus PDI Perjuangan ini berharap korban melapor ke guru maupun sekolah jika dipaksa melakukan permainan mematikan tersebut
Menurut dia, tindakan seperti itu sangat membahayakan kesehatan dan berakibat sesak napas, pingsan, sampai kematian. “Jangan sampai sekolah nanti terseret adanya kasus kriminal akibat kelalaian dari dewan guru dan kepala sekolah,” tegasnya.
Diketahui, belakangan ini Skip Challenge menjadi tren baru di kalangan anak muda. Peserta tantangan itu harus ditekan dadanya sekeras mungkin selama beberapa waktu.
Akibat tekanan itu suplai oksigen ke otak berkurang dan kondisi ini berujung hilangnya kesadaran hingga kematian. Aksi tersebut menjadi tren karena menyebar melalui internet.
Kasus ini juga menyita perhatian dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Dia telah meminta guru untuk melarang siswa atau peserta didiknya bermain Skip Challenge. Mendikbud mengingatkan kepada pelajar tentang bahaya dari permainan tersebut karena bisa mengancam jiwa. (ang/fm)