PANGKALAN BANTENG - Kabut asap di Kabupaten Kobar tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat. Asap yang juga menyerang sektor perdagangan. Seperti di Kecamatan Pangkalan Banteng, perputaran ekonomi kembang kempis karena minimnya pembeli sejak dua pekan terakhir.
”Sepi semua, pembeli tidak ada yang datang. Mungkin mereka lebih memilih di rumah daripada belanja ke pasar,” ungkap Suparti, pemilik kios di pertokoan Pasar Baru Karang Mulya, Minggu (25/10) siang.
Biasanya saat hari Minggu para pelanggan dari perkebunan akan berbelanja ke pasar. ”Sebelum ada asap, walaupun di akhir bulan pembeli tetap ada dan cukuplah untuk perolehan keuntungannya. Tapi hari ini, seperti yang terlihat. Pasar cukup sepi, hampir seharian baru laku dua barang saja,” katanya.
Hal serupa dialami Muhammad Soleh mengaku mengalami hal yang sama. Dalam dua pekan ini omset menurun cukup drastis. Jika sebelumnya mampu menjual kebutuhan pokok di atas Rp 2 juta per hari, ahir-akhir ini hanya dapat Rp 750 ribu per hari.
”Penurunan cukup banyak. Banyak pembeli yang lebih suka belanja di pedagang keliling ke kampung-kampung mereka. Mungkin harganya sedikit lebih mahal, tapi mereka kan ingin aman dari gangguan asap, apalagi yang punya anak kecil,” katanya.
Saat ini, harapan satu-satunya hanya pasar gajian saat awal bulan November mendatang. Jika saat pasar gajian ternyata kabut asap masih pekat, pedagang tetap akan mengalami kerugian.
”Semoga awal bulan depan, asap sudah berkurang. Kalau masih pekat, pasar gajian bisa sepi dan kalau terus berlanjut kita maua kasih makan apa anak istri,” tandasnya.
Menanggapi hal tersebut, Camat Pangkalan Banteng Aliransyah mengakui jika gangguan asap memang lebih parah dibanding satu bulan sebelumnya. Selain mengancam kesehatan, pendidikan juga terganggu dan terpaksa diliburkan.
”Pangkalan Banteng, mulai tersendat dan ini akibat asap yang kian pekat,” ujarnya.
Dalam kasus kebakaran hutan dan lahan ini lebih baik semua tidak saling menyalahkan. Namun di balik itu, upaya penanganan yang harus diperhatikan, terutama penegakan hukum. Sebab meski di Kobar ini banyak terjadi kebakaran hutan dan lahan, namun pelaku belum mendapatkan hukuman yang sesuai.
”Harus ada efek jera, tangkap dan harus diadili. Ini sudah mengganggu semua aspke kehidupan. Tidak hanya kesehatan, perekonomian juga terkena dampaknya,” katanya. (sla/yit)