PANGKALAN BANTENG – Kepolisian kembali menemukan dua pelacur yang masih di bawah umur di Lokalisasi Desa Sungai Pakit, Kecamatan Pangkalan Banteng. Pada razia akhir Oktober lalu, aparat juga mendapatkan empat pekerja lokalisasi berusia masih di bawah 18 tahun.
”Dari ratusan penghuni lokalisasi, kita temukan empat orang lagi yang tidak memiliki kartu indentitas yang jelas. Dua orang patut diduga masih di bawah umur, sebab dari ukuran tubuh dan wajahnya tampak masih sangat muda dan tidak ber-KTP,” ungkap Kapolsek Pangkalan Banteng Ipda Imam Sahrofi, Rabu (4/11) siang.
Imam menjelaskan, dua perek yang terindikasi masih di bawah 18 tahun itu akan dipulangkan ke daerah asalnya. Sedangkan dua orang lagi adalah janda. Bahkan salah satunya sudah memiliki anak.
”Inisialnya EE (17) dan MN (16) masih di bawah umur. Ini yang akan kita pulangkan. Sedangkan OY (21) dan II (20) tidak memiliki kartu identitas tapi tetap kita minta kembali ke tempat asalnya untuk mengurus KTP mereka,” ungkapnya.
Selain mengamankan empat pekerja lokalisasi tanpa identitas, aparat juga melakukan pendataan ulang penghuni komplek penjaja kenikmatan sesaat itu. Tak hanya mencatat nama penghuni, aparat juga mendokumentasikan kartu identitas mereka.
”Kita catat semua data penghuninya, sebab selama ini kita belum punya data yang cukup terkait kondisi di lokalisasi itu. Dan ini sekaligus mencegah masuknya pekertja di bawah umur,” pungkasnya.
Sebelumnya, Polsek Pangkalan Banteng juga menjaring remaja yang bekerja di lokalisasi Desa Sungai Pakit, Rabu (28/10) malam. BA (16), DA (17), dan SN (16) diamankan dari wisma karaoke Banyuwangi yang berada di kawasan RT 12 Desa Sungai Pakit. Ketiganya diketahui berasal dari wilayah Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Dari tiga pekerja di bawah umur itu, salah satu diantaranya diketahui telah berbadan dua.
Razia tersebut dilakukan setelah polisi mendapat informasi jika ada salah wisma yang mempekerjakan anak di bawah umur. Sang pemilik wisma esek-esek berkedok karaoke itu kabur.
Mereka dipekerjakan untuk menjadi pemandu karaoke. Namun tidak menutup kemungkinan mereka juga menjajakan pelayanan seksual kepada pengunjung karaoke yang berada di tengah perkebunan kelapa sawit itu. (sla/yit)