PANGKALAN BANTENG - Harga ayam potong di pasaran masih mahal meski perayaan Natal dan tahun baru telah berlalu. Tetap tingginya harga ayam diduga akibat berkurangnya pasokan dari para peternak ayam. Tingginya angka kematian ayam di tingkat peternak juga memperparah keadaan.
Suwito, peternak ayam potong di Pangkalan Banteng, mengungkapkan, masih tingginya harga daging ayam dipengaruhi semakin meningkatnya kebutuhan konsumen. Sementara pasokan dari peternak masih kurang.
”Dari teman-teman sesama peternak bilang bahwa ayam mati. Harga ayam saat ini di tingkat konsumen tertinggi masih Rp 40 ribu per kilogram,” ujarnya, Selasa (5/1) siang.
Tingkat kematian ayam di atas 15 persen akan menyebabkan penurunan hasil dan memicu kenaikan harga di tingkat peternak. Peternak secara umum akan menekan tingkat kerugian atau minimal mengembalikan biaya produksi dengan menaikan harga jual.
”Perhitungannya, jangan sampai ada ayam mati melebihi 15 persen dari total jumlah ayam yang diternakan. Kalau itu terjadi, akhirnya harga di tingkat peternak harus naik,” katanya.
Hal serupa juga diutarakan Rahmat, di akhir tahun kemarin dan awal tahun ini sejatinya tidak terjadi kenaikan harga pakan, harga pakan masih mampu terbeli di kisaran harga Rp 395 ribu per karung ukuran 50 kilogram. Namun minimnya pasokan akibat sebagian peternak berhenti dan adanya peningkatan kematian ayam di sebagian peternak jelas mengurangi pasokan.
”Tak hanya di Pangkalan Banteng, di hampir semua wilayah Kalteng pasokan sedikit berkurang. Dan bertepatan dengan peningkatan jumlah permintaan di pasaran,” katanya.
Selain dari tingkat peternak, para tengkulak dan juga pedagang daging juga tetap akan mengambil untung sehingga harga yang sampai ke konsumen lebih tinggi.
”Biasanya selisih harga antara peternak dengan pedagang daging bisa mencapai Rp 10 ribu. Jika para pedagang ingin ayam yang sudah bersih dan siap jual, maka peternak bisa meminta tambahan ongkos Rp 5 ribu per ekor,” katanya.(sla/yit)