SAMPIT – Komunitas gay di Sampit disinyalir marak. Indikasinya terlihat dari aktivitas mereka yang aktif di media sosial. Ada beberapa grup terkait komunitas itu. Jumlahnya anggotanya cukup banyak. Di sisi lain, seorang gay mengaku ingin tobat, namun masih bingung.
Penelusuran Radar Sampit, ada beberapa grup yang isinya diduga para pria dengan perilaku seksual menyimpang itu, di antaranya Gay Sampit dengan 346 pengikut, Gay SMP Sampit New dengan 58 pengikut, Gay Samuda Sampit dengan 62 pengikut, dan Gay Sampit Recovery dengan 1.000 pengikut.
Radar Sampit berhasil membincangi seorang gay berinisial RS, Sabtu (20/10). Pemuda 22 tahun itu masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Sampit. Dia mengaku baru tiga tahun terakhir menjadi gay. RS ingin berhenti dari kelainan seksual itu, namun bingung dengan perasaannya yang sudah nyaman menjadi gay.
RS lalu bercerita awal mulai perilaku menyimpangnya itu. Setelah menyelesaikan jenjang SMA, selama dua tahun RS bekerja mengumpulkan uang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Keinginannya terwujud. RS masuk ke salah satu perguruan tinggi di Sampit dengan jerih payahnya sendiri. Di tengah perjalanan, RS dihadapkan pada masalah keluarga yang menurutnya terlalu berat baginya. Karena tak mampu menahan beban masalah itu, dia depresi. RS lalu mencoba pengalihan masalahnya.
Saat itulah dia bertemu seorang pria yang membuatnya nyaman. Celakanya, pria itu memiliki orientasi seksual menyimpang. Karena perasaan nyaman itu, RS hanyut oleh pria tersebut. Mereka akhirnya menjalin asmara.
Sebelum menjalin hubungan asmara dengan sesama jenis, RS mengaku pernah menjalin hubungan serupa dengan perempuan. ”Saya dulunya memang normal. Saya juga pernah pacaran dengan perempuan. Pacar saya itu sangat cantik. Sekarang dia sudah menikah,” tuturnya
Selama tiga tahun menjadi gay, tidak ada satu pun keluarga atau teman di lingkungannya yang mengetahui hal itu. RS sangat berhati-hati karena menyadari hal tersebut merupakan perilaku menyimpang. Jika ketahuan menjadi seorang gay, RS menyadari akan menjadi bahan cemoohan orang-orang.
RS tergolong orang yang mudah bergaul dan punya banyak teman. Karena itu, tidak akan ada yang mengira dirinya seorang gay. Di tengah banyaknya orang-orang di sekeliling RS, bukan hal sulit baginya mendapati orang dengan orientasi seksual yang sama. ”Saya tinggal ajak ngobrol saja. Kalau nyambung pembahasannya, berarti dia gay. Kemungkinan kami akan lanjutkan menjadi suatu hubungan yang spesial,” ujarnya.
RS menjalin asmara dengan sesama jenis yang kebetulan juga berada di Kota Sampit. Inisialnya AB. RS menemui pacarnya dengan cara sembunyi-sembunyi, agar tidak ada orang yang melihat. ”Kami ketemunya jarang dan diam-diam, karena ini privasi,” ujarnya.
Akan tetapi, hubungan asmara RS dan AB akhirnya kandas. Namun, dia enggan mengungkap alasannya. ”Sudah putus, tapi kami masih berhubungan layaknya seorang teman,” tutur RS yang hingga kini belum punya pasangan sejak hubungan spesialnya itu berakhir.
Meski gay, RS mengaku masih bisa menilai perempuan cantik dan tidak. Karena itu, dia juga punya keinginan untuk berhenti menjadi gay. ”Sebenarnya sudah bosan juga jadi gay dan saya takut juga sama yang di atas (Tuhan). Tapi, gimana ya, saya bingung dengan hati saya sendiri. Hati saya masih bicara yang lain,” ucapnya.
RS juga merupakan salah satu anggota dari komunitas gay. Bahkan, bukan hanya komunitas di Sampit saja, tapi anggota komunitas yang orang-orangnya dari berbagai negara. Komunitasnya tidak pernah kumpul-kumpul layaknya grup remaja sekarang.
Sampai sekarang RS tidak ingin berkonsultasi dengan dokter spesialis kejiwaan atau psikolog. Dia mengaku akan berhenti menjadi gay dengan caranya sendiri. ”Saya akan usahakan untuk berhenti,” tandasnya. (rm-94/ign)