Setelah kondisinya terungkap ke publik melalui media massa, Titi Wati (37), wanita dengan bobot tubuh mendapai 350 kilogram, akhirnya menjadi perhatian pemerintah. Manusia terberat di Kalteng itu bakal mendapat penanganan kesehatan secara total.
DODI, Palangka Raya
Penanganan lanjutan dipastikan akan dilakukan terhadap Titi Wati yang tinggal di Jalan G Obos XXV atau Jalan Bima tersebut dengan tindakan medis berupa operasi. Wati juga akan dievakuasi menggunakan pikap untuk dibawa ke rumah sakit. Pintu atau dinding rumahnya akan dijebol untuk mengeluarkan wanita itu.
Pembiayaan dipastikan gratis karena ditangung pemerintah. Untuk menangani warga Jalan G Obos XXV itu, tim dibentuk hingga meminta bantuan tim dokter dari Bali. Jika operasi berhasil dilakukan, bobot Wati setiap bulan akan turun hingga 25 kilogram.
Wakil Direktur Bidang Pendidikan dan Kemitraan RSUD Doris Slyvanus palangka Raya Theodorus Sapta Atmadja mengatakan, kondisi Wati sangat memprihatinkan, karena hanya bisa tengkurap dan tidak bisa berbalik badan.
Dia sudah berkoordinasi dengan tim medis RSUD dr Doris Slyvanus maupun rumah sakit lain untuk berkerja sama dalam kasus tersebut, meski di RSUD dr Doris Sylvanus memiliki spesialis bedah subspesialis bedah digestif. Diperkirakan Wati akan dirawat selama dua minggu.
Theodorus menuturkan, pihaknya belum pernah memiliki pengalaman menangani pasien seperti Wati, sehingga bekerja sama dengan bersama dokter dari Bali sebanyak enam orang untuk mengurangi bobot wanita tersebut agar bisa bergerak dan beraktivitas lebih baik. Menurut Theodorus, akan ada operasi yang harus dilakukan, sehingga memerlukan izin dari pihak keluarga. Pihaknya juga sudah melakukan rapat koordinasi untuk melakukan evakuasi ke rumah sakit.
”Kami pikirkan ruangannya agar pasien bisa dioperasi. Sebab, bobot dan bentuk tubuh pasien berbeda dari masyarakat kebanyakan. Kami rapatkan dan sudah lakukan survei ke lapangan, biar evakuasi lancar dari rumah ke rumah sakit. Kita sudah siapkan spesialis ruangan tersendiri,” ujarnya.
Theodorus menambahkan, pihaknya akan meminta izin menjebol dinding rumah Wati untuk keperluan evakuasi. ”Kalau sudah dijebol, urusan Dinsos menggantinya. Sebab, usai dijebol, pintu tidak bisa ditutup dulu karena pasien dirawat beberapa minggu. Setelah itu bisa dirawat jalan di rumah tersebut,” kata Theodorus. Theodorus menegaskan, penanganan pasien tersebut tidak akan mudah. Pasalnya, Wati sudah tidak ada mobilisasi dalam waktu lama.
”Kami harus melakukan banyak pemeriksaan banyak, seperti darah, urine, USG, maupun lainnya sebelum tindakan operasi dilakukan. Operasi itu berupa operasi bariatrik, teknik operasi pengecilan dan bypass lambung untuk menurunkan berat badan akibat obesitas,” jelasnya.
Theodorus optimistis berat badan Wati turun. Setelah operasi, Wati harus mengonsumsi multivitamin dalam kurun waktu panjang.
”Memang perlu waktu. Jangan beranggapan setelah dirawat masuknya besar pas keluar dirawat kecil. Mudah-mudahan dalam enam bulan bobot pasien sudah berkurang,” ujarnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Andjar Hari Purnomo mengatakan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan keluarga Wati mengenai peralatan yang efektif untuk mengevakuasi Wati. ”Gabungan tim provinsi dan kota, akan ada tindakan operasi dan sudah disampaikan ke keluarga,” ujarnya.
Andjar menuturkan, dengan kondisi Wati yang sekarang, memang harus ada tindakan yang spesifik. “Untuk evakuasi memang kami cari kendaraan yang bisa mengakomodasi bu Wati. Yang jelas, ambulans tak muat,” katanya.
Dia menegaskan, biaya pengobatan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. Terutama tindakan operasi. ”Tim kesehatan melibatkan berbagai macam disiplin ilmu. Tim sudah dibentuk dan sudah rapat untuk menyamakan persepsi. Jadi, kalau bisa secepat mungkin dievakuasi,” pungkasnya. (daq/ign)