SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Minggu, 29 Maret 2020 10:50
Lock Down Terkendala Laboratorium

PALANGKA RAYA – Tim Gugus Tugas Percepatan Pencegahan Covid-19 Kalimantan Tengah (Kalteng) memastikan bahwa pemerintah akan melakukan berbagai pertimbangan dan kajian secara bertingkat terkait opsi lock down lokal atau mengunci wilayah guna mencegah penyebaran virus korona.

Wakil Ketua Tim Percepatan Pencegahan Covid-19 Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul mengatakan, pemerintah akan mempertimbangkan dampak baik dan buruk apabila memutuskan karantina wilayah. Apalagi saat ini sampel pemeriksaan Pasien Dengan Pengawasan (PDP) harus dikirim ke Jakarta melalui jalur udara, sehingga tidak mungkin menuntup akses dari semua titik.

“Memang mengarantina wilayah ini bisa menekan penyebaran Covid-19, khususnya dari luar daerah. Namun perlu dipertimbangkan dampak-dampak lain apabila hal tersebut dilakukan,” katanya.

Terkait hal tersebut, pihaknya akan menyurati Kementerian Kesehatan (Kemenkes) agar membuka alternatif tempat pengujian sampel di Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel). Apabila pengujian sampel bisa dilakukan di provinsi tetangga, maka akses pengirimannya juga lebih cepat karena bisa menggunakan jalur darat.

“Hari ini (kemarin) kami kembali akan menyurati Kementerian Kesehatan untuk membuat alternatif pemeriksaan di Banjarbaru. Hanya saja sekarang ini di Banjarbaru masih kurang komponen primernya,” ucapnya.

Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan untuk mengadakan alat visual conversion reaction (VCR) sendiri agar bisa melakukan uji swab. Hanya saja opsi ini diyakini akan memakan waktu panjang, karena alatnya harus diimpor dari luar negeri.

Di satu sisi, dia mengatakan bahwa Pemeraturan Pemerintah (PP) yang mangatur soal lock down lokal ini diperkirakan keluar minggu depan. Untuk itu, pemerintah provinsi juga masih menunggu aturan tersebut turun guna melihat mekanisme dan prosedur terkait karantina wilayah.

”Jadi banyak faktor yang diperimbangkan dalam hal karantina wilayah, tidak hanya faktor ekonomi, tapi juga karena laboratorium di Kalteng belum siap. Tapi misalkan di Banjarbaru siap tempat ujinya, maka kemungkinan bisa kita menguci wilayah,” katanya.

Ia terus melakukan penelusuran terhadap rekam kontak para pasien yang sebelumnya sudah dinyatakan positif terpapar Covid-19. Hal tersebut dilakukan untuk memutuskan tranmisi penularan virus tersebut di tengah masyarakat.

Berdasarkan data terbaru tim gugus tugas, jumlah pasien yang dinyatakan positif kembali bertambah menjadi enam orang. Pasien positif keenam yang berdomosili di Palangka Raya ini diketahui terakhir kali mengikuti sebuah kegiatan di klaster Bogor.

“Ya, ada penambahan lagi pasien positif, dewasa dan tinggal di Palangka. Riwayat kontak, kita ketahui ada keluar daerah,” ucapnya.

Sementara itu PDP mengalami penurunan menjadi 34 orang, akan tetapi jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) justru meningkat menjadi 411. Melonjaknya jumlah ODP ini karena hasil pelacakan terhadap orang-orang yang dinyatakan kontak dengan pasien positif.

“Kami akan terus melakukan pelacakan terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan para pasien, untuk segera kita periksa dan memutus penularan Covid-19 ini,” ucapnya.

Suyuti mengatakan, kasus positif Covid-19 di Kalteng merupakan kasus impor dari daerah lain. Mereka yang posotif Covid-19 ini terjadi setelah melakukan kunjungan di daerah lain di luar Kalteng. Kecuali pasien berusia 12 tahun yang diduga terpapar transmisi lokal.

Terkait hal tersebut, dia memastikan pihaknya akan memalukan pemeriksaan ulang terhadap anak 12 tahun yang disebut-sebut terpapar akibat transmisi lokal. Pemeriksaan lanjutan terhadap yang bersangkutan agar hasilnya lebih komprehensif.

”Karena kalau memang hasil selanjutnya posotif, maka ada kemungkinan anak ini lokal transmisi. Makanya ini diteliti lagi, mengingat beberapa pelacakan kami terhadap orang lain terlihat bahwa lokal tranmisi ini sebetulnya tidak mendukung,” katanya.

Terlepas dari itu, dia mengatakan saat ini Kalteng sudah mendapat rapid tes sebanyak 2.400. Hanya saja, rapid tes ini diutamakan untuk tenaga kesehatan yang terlibat dalam penangan pasien Covid-19 dan beberapa pihaknya di gugus tugas yang memiliki potensi besar terpapar.

Mengutamakan para tenaga kesehatan itu bukan tanpa alasan. Ditegaskannya bahwa kesehatan mereka harus diperhatikan karena bersentuhan langsung dengan para pasien yang ada di rumah sakit.

“Namun perlu dipahami bahwa rapid tes ini hanya untuk deteksi dini dan bukan untuk diagnosa pasti. Di satu sisi rapid tes ini juga tidak terlalu sensitif, karena hanya 60 persen saja. Jadi risiko negatif palsu dan positif palsu ada pada 40 persen,” pungkasnya. (sho/yit)

loading...

BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:45

Uji Kebohongan, Tim Hukum Ujang Dukung Uji Forensik

<p>&nbsp;PALANGKA RAYA - Tim Kuasa Hukum Ujang-Jawawi menyatakan penetapan hasil musyawarah…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers