SAMPIT – Kalimantan Tengah (Kalteng) dilanda bencana berlipat ganda. Di tengah perang melawan penyebaran Covid-19 yang belum usai, banjir melanda sejumlah kabupaten/kota. Puluhan ribu warga diperkirakan terdampak akibat rumah yang terendam. Penanganan cepat diperlukan agar bencana itu tak jadi petaka mematikan.
Informasi dihimpun Radar Sampit, banjir terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Lamandau, Katingan, dan Gunung Mas. Ketinggian air bervariasi. Bahkan, ada yang mencapai satu meter lebih hingga menenggelamkan rumah warga. Bencana itu disebabkan tingginya curah hujan yang membuat air sungai meluap.
Di Kotim, banjir parah terjadi Desa Tewai Hara, Kecamatan Bukit Santuai. Sungai Kuayan yang meluap merendam sejumlah rumah warga. Bahkan, ketinggian banjir sempat mencapai sekitar satu meter pada Minggu (22/8).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim M Yusuf melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik Yephi Hartadi mengatakan, pihaknya mendapat informasi terkait wilayah yang terdampak banjir dari Camat Bukit Santuai pada Minggu sore. ”Camat Bukit Santuai menginformasikan Desa Tewai Hara dilanda banjir," ujarnya, Senin (23/8).
Pihaknya masih menunggu informasi dari aparatur kecamatan dan desa setempat untuk mengetahui jumlah rumah maupun kepala keluarga yang terdampak banjir. ”Kami belum terima data lengkapnya, karena masih menunggu informasi dari pihak kecamatan," katanya.
Yephi berharap curah hujan dengan intensitas tinggi tidak lagi terjadi agar banjir tak meluas ke desa lainnya. ”Kami berharap debit air yang menggenangi desa mulai surut," ucapnya.
Wakil Bupati Kotim Irawati mengatakan, Desa Tewai Hara kerap jadi langganan banjir saat musim hujan. Menurutnya, air mudah surut karena bencana itu merupakan banjir kiriman.
”Kami akan lihat lagi ke depannya. Apabila tidak surut atau berdampak terhadap masyarakat sekitar, insya Allah kami akan ke sana untuk melihat," ujarnya. Apabila banjir terus melanda, pihaknya akan memberikan bantuan suplai obat-obatan maupun bahan kebutuhan pokok yang diperlukan oleh masyarakat.
Dia menuturkan, intensitas hujan tinggi memang sering menyebabkan banjir dj beberapa wilayah di Kotim. Apalagi jika hujan dengan intensitas tinggi terjadi selama dua hari berturut-turut.
”Kalau hujan dengan intensitas tinggi, pastilah (banjir), karena terjadi pasang surut. Sama saja di sini (Kota Sampit, Red) juga bisa begitu. Jadi, kalau hujan deras, apalagi sampai satu-dua hari, pasti akan banjir. Ini terjadi setiap tahun, tak bisa dimungkiri," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pemerintah desa maupun kecamatan telah melaporkan kondisi banjir di wilayah itu. Sejauh ini masih bisa tertangani. ”Sejauh mereka masih bisa menangani, kami serahkan dulu ke mereka. Biasanya mereka akan lapor ke kami kalau tidak bisa menangani. Laporannya sejauh ini tidak ada korban, cuma air pasang," jelasnya.
Di Kotawaringin Barat, banjir akibat luapan Sungai Arut semakin meluas. Setelah mengancam ratusan jiwa warga Desa Sambi, kini permukiman warga di Desa Sungai Dau, Kecamatan Arut Utara, dikabarkan ikut diterjang banjir, Senin (23/8). Tak hanya itu, banjir dikhawatirkan ikut melanda Desa Gandis, Pandau, dan Desa Panahan.
Hujan yang turun berkepanjangan, membuat ketinggian air yang merendam rumah dan fasilitas jalan, serta sarana ibadah yang awalnya hanya selutut orang dewasa, naik dengan cepat hingga mencapai 150 sentimeter.
Di Desa Sungai Dau, kedalaman air mencapai pinggang orang dewasa. Warga terpaksa mulai dievakuasi ke tempat yang lebih aman oleh tim gabungan, baik dari BPBD Kobar, TNI, dan Polri.
Kepala BPBD Kobar M Syahruni mengatakan, pada sore, hujan gerimis masih mengguyur Desa Sambi dan Desa Sungai Dau yang memicu bertambahnya ketinggian air.
”Kondisi tersebut memicu kenaikan air akibat luapan Daerah Aliran Sungai (DAS) Arut. Ketinggian air yang masuk ke permukiman warga mencapai hingga 150 sentimeter," ujarnya.
Syahruni mengungkapkan, akibat luapan Sungai Arut, sebanyak 40 kepala keluarga (KK) atau 144 jiwa warga Desa Sambi, bakal dievakuasi ke posko di kantor desa setempat. Untuk fasilitas umum yang terendam, selain akses jalan utama desa, rumah ibadah juga ikut terendam.
Berdasarkan informasi yang diterima BPBD, jumlah rumah yang terendam di Desa Sungai Dau sebanyak 11 rumah, dengan jumlah kepala keluarga mencapai 14 KK dengan 40 jiwa. Selain itu, air juga merendam fasilitas umum, seperti PAUD, pos, dan gedung perpustakaan sekolah. Di Desa Sungai Dau, ketinggian air di jalan mencapai 70 sentimeter hingga 1 meter.
”Saat ini satgas banjir terus melakukan pemantauan dan membantu warga untuk evakuasi ke tempat yang lebih aman," katanya.
Syahruni menambahkan, apabila situasi semakin memburuk, tempat pengungsian, dapur umum, dan posko kesehatan di aula Desa Sambi dan kantor desa sudah disiapkan. Dia mengimbau warga agar selalu waspada dengan kondisi air dan cuaca, serta diharapkan melakukan patroli rutin secara bergantian bersama unsur TNI dan Polri untuk memastikan keamanan rumah.
Pihaknya terus memperbarui pendataan korban terdampak banjir, terutama warga lanjut usia dan anak-anak. ”Kami juga sedang berkoordinasi dengan perusahaan di sekitar kawasan terdampak banjir untuk menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat terdampak," katanya.
Sebagai informasi, meskipun ketinggian air semakin meningkat, tidak semua warga mau mengungsi dan meninggalkan rumah. Masyarakat yang terdampak banjir menyiasati dengan membuat panggung di dalam rumah untuk menaruh barang-barang berharga dan untuk mereka tidur.
Tiga Kecamatan Terendam
Di Kabupaten Gunung Mas, tingginya curah hujan membuat Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan meluap dan merendam ribuan rumah warga yang berada di pinggiran sungai. Ada tiga kecamatan yang dilanda banjir cukup parah, yakni Miri Manasa, Damang Batu, dan Kahayan Hulu Utara.
”Dari laporan yang kami terima, hampir semua desa di tiga kecamatan itu terendam banjir. Terutama desa yang berada di daerah hulu,” kata Kepala BPBD Gumas Champili, Senin (23/8).
Dampak banjir itu, kata dia, mengakibatkan akses transportasi darat menuju ke tiga kecamatan terputus total. Bahkan, banjir sudah mulai memasuki wilayah Kecamatan Tewah dan Rungan.
”Meski rumahnya terendam banjir, warga desa masih tetap memilih bertahan di rumah mereka masing-masing,” ujarnya.
Sejauh ini, BPBD Gumas belum mengambil tindakan, karena banjir yang merendam rumah warga belum mencapai tiga hari. Namun, instansi itu akan tetap terus memantau perkembangan banjir.
”Sesuai standar operasional prosedur (SOP), apabila banjir sudah merendam rumah selama tiga hari, kami akan langsung mengambil tindakan, seperti melakukan evakuasi dan menyalurkan bantuan,” ujarnya.
Selain curah hujan tinggi dan pendangkalan DAS Kahayan, dia menambahkan, bencana banjir yang terjadi di bagian hulu, juga terjadi karena adanya aktivitas perusahaan besar swasta (PBS), penambangan liar, dan penebangan hutan.
Banjir parah juga terjadi di Kabupaten Katingan dan merendam ratusan rumah warga. Bahkan, ketinggian air mencapai lebih dari dua meter akibat luapan Sungai Katingan. Bencana itu jadi perhatian sejumlah pihak yang langsung menyalurkan sejumlah bantuan.
Merespons banjir tersebut, Polri, TNI, BPBD, dan Emergency Respons Palangka Raya melaksanakan search and rescue (SAR) serta mendistribusikan bantuan kepada masyarakat di Desa Tumbang Samba, Katingan, Senin (23/8). Pendistribusian dilepas langsung Kapolda Kalteng Irjen Pol Dedi Prasetyo dan Wakapolda Brigjen Pol Ida Oetari Poernamasasi.
Sebanyak 72 personel dari berbagai satuan, termasuk tim kesehatan dan Tim SAR dikerahkan untuk menangani dampak banjir terhadap warga setempat. Banjir itu diperkirakan membuat ribuan kepala keluarga terdampak. Selain itu, ratusan rumah dan fasilitas umum terendam.
Beberapa desa yang dilanda banjir di Katingan, yakni Desa Tumbang Hiran, Rangan Tangko, Rangan Surai, Samba Bakumpai, Samba Katung, Samba Kahayan, Napu Sahur, dan sejumlah desa lainnya.
”Kami menyalurkan bantuan yang dibutuhkan, seperti beras, air mineral, minyak goreng, dan lainnya. Selain itu, kami juga memberikan pelayanan kesehatan pada warga terdampak,” ujar Dedi.
Dedi menuturkan, kehadiran tim diharapkan bisa mengurangi beban masyarakat. Di sisi lain, pihaknya terus melakukan antisipasi dan konsolidasi untuk siaga bencana banjir. Selain itu, dia juga mengingatkan pada semua pihak, terutama tim yang bertugas, agar tetap mewaspadai ancaman penularan Covid-19 yang masih tinggi.
”Dalam melaksanakan tugas, tolong protokol kesehatan agar betul-betul ditegakkan dengan baik. Keselamatan jadi hal utama. Jangan ambil risiko sekecil apa pun,” katanya.
Sementara itu, Kasat Polairud Polres Katingan Iptu Bimasa mengatakan, pihaknya berupaya mengantisipasi dampak banjir dengan melakukan melakukan patroli di wilayah permukiman warga bantaran sungai. Masyarakat diminta selalu waspada dan berhati-hati akibat banjir yang merendam di daerah hulu Katingan. (yn/tyo/sla/arm/daq/sos/ign)