Empat kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dilaporkan terendam banjir. Kecamatan tersebut, di antaranya Antang Kalang, Telaga Antang, Bukit Santuai, dan Mentaya Hulu.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim M Yusup melalui Kasi Kedaruratan dan Logistik Yephi Hartadi mengatakan, hujan deras yang melanda Kotim hampir sepekan terakhir, membuat debit air Sungai Kuayan meningkat.
”Di beberapa wilayah bahkan masih turun hujan,” ujarnya.
Akibat banjir tersebut, informasi sementara, sebanyak 332 kepala keluarga (KK) di Kecamatan Bukit Santuai dan 420 KK di Kecamatan Antang Kalang turut terdampak.
Yephi menuturkan, pendataan korban banjir sangat diperlukan untuk penyaluran bantuan. Dengan data tersebut, nantinya diharapkan tidak ada warga yang tidak terdata sebagai penerima bantuan.
”Jika datanya sudah lengkap, penyaluran bisa cepat dilakukan,” ucapnya. Akan tetapi, lanjutnya, jika data yang dilaporkan bertahap, penyaluran pada warga yang terdampak banjir pun memerlukan waktu. Sementara itu, debit air dari wilayah dataran tinggi sudah mulai turun ke wilayah Kecamatan Mentaya Hulu. Sebagai langkah penanganan, BPBD menurunkan tim ke Kuala Kuayan.
”Tim yang diturunkan akan lebih dulu memetakan situasi dan kondisi di sana, berkoordinasi dengan Koramil yang mengetahui wilayahnya,” jelasnya.
Perjalanan tim akan dilanjutkan ke kecamatan lainnya, dengan melihat kondisi di lapangan, apakah bisa dilintasi kendaraan roda empat atau hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. ”Biasanya ada beberapa wilayah yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Makanya kami melihat jalurnya dulu,” katanya.
Ketinggian banjir di empat kecamatan tersebut bervariasi. Di Antang Kalang, banjir berkisar antara 60 cm dari permukaan tanah. Di Bukit Santuai, ketinggian banjir mencapai satu meter hingga merendam fasilitas publik, seperti masjid, Puskesmas Tumbang Penyahuan, dan Kantor Kepala Desa Tanah Haluan.
Plt Kepala Puskesmas Tumbang Penyahuan Roly Pahrizanuari mengatakan, banjir yang merendam wilayah tersebut lebih tinggi dibandingkan banjir sebelumnya. ”Setiap tahun puskesmas memang terendam banjir, tapi belum pernah setinggi ini,” ujarnya.
Puskesmas terendam sejak 23 Agustus lalu. Dengan kondisi tersebut, pihaknya berusaha mengamankan peralatan medis serta obat-obatan dan fasilitas lain di puskesmas.
”Peralatan medis dan obat-obatan masih aman. Hanya kursi, bed, dan beberapa berkas yang sempat terendam,” katanya.
Pihaknya telah membangun posko pelayanan darurat agar masyarakat tetap bisa mendapatkan pelayanan kesehatan meski di tengah kondisi banjir. ”Sejauh ini belum ada keluhan penyakit berat yang dirasakan warga terdampak banjir. Rata-rata gatal-gatal yang mereka keluhkan,” tandasnya. (yn/ign)