Bencana banjir bukan hanya merendam rumah warga tetapi juga membuat puluhan hektar lahan pertanian di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) terancam rusak akibat tergenang air. Lahan pertanian bukan hanya jenis tanaman hortikultura tetapi juga tanaman pangan lain seperti padi dan jagung. Puluhan hektare lahan pertanian tersebut terdapat di Kecamatan Pangkalan Banteng, Pangkalan Lada dan Kecamatan Arut Selatan.
Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura Perkebunan (TPHP) Kabupaten Kobar, Kris Budi Hastuti menyebut bahwa luasan lahan pertanian yang terdampak banjir di beberapa kecamatan di Kotawaringin Barat totalnya mencapai 30,8 hektare. “Ada tanaman holtikultura berupa sayur mayur, juga tanaman pangan seperti Jagung dan Padi,” ungkapnya.
Menurutnya berdasarkan pendataan TPHP, lahan pertanian masyarakat yang terdampak banjir terdapat di Desa Pangkalan Dewa, Kecamatan Pangkalan Lada dengan lahan pertanian padi seluas 7,0 hektare. Kemudian di Desa Arga Mulya, Kecamatan Pangkalan Banteng dengan jenis tanaman Jagung seluas 5,0 hektare, dan di Desa Pangkalan Banteng, Kecamatan Pangkalan Banteng dengan jenis tanaman padi seluas 3,3 hektare.
Selain itu, banjir juga menerjang lahan pertanian masyarakat di Kecamatan Arut Selatan, yaitu di Desa Tanjung Terantang dengan jenis tanaman sawi, bawang daun, dan cabai rawit seluas 6 hektare.
Kemudian di RT 14 Dusun Karang Anyar, Kelurahan Mendawai terdiri 11 hektar tanaman sawi, tomat 0,5 hektar, dan bawang daun 0,5 hektare, serta Desa Kumpai Batu Bawah dengan jenis tanaman cabai seluas 2 hektare. “Untuk tanaman yang terendam karena ada yang sudah surut masih bisa hidup kembali karena baru masa tanam, dan kerugian masih menunggu update data dari lapangan,” ungkapnya.
Terpisah, Ketua Kelompok Tani Sawi Sehati Dusun Karang Anyar, Bambang mengatakan bahwa lahan pertanian sayur di daerahnya ada sekitar 20 hektar dan hingga saat ini debit air di lokasi lahan pertanian terus alami kenaikan.
Ia menyebutkan, bahwa dampak dari banjir tersebut petani alami kerugian sekitar 5 – 6 juta lebih per hektarnya. “Air sampai pagi tadi masih ada kenaikan dibanding kemarin. Kalau hujan terus seperti pasti banjir akan terus meluas dan merendam tanaman,” pungkasnya.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar Martogi mengatakan, Desa Kumpai Batu Bawah dan Tanjung Terantang juga mulai terendam.
“Untuk Desa Kumpai Batu Bawah dan Tanjung Terantang ini lokasinya sangat dekat dengan pertemuan dua sungai yakni Sungai Lamandau dan Sungai Arut. Sehingga saat air dari atas turun, maka berdampak pada warga di bantaran sungai,” kata Martogi.
Selanjutnya, berdasarkan pantauan dari tim BPBD, air terus naik, hanya saja rumah warga belum ada yang terkena banjir, karena rata-rata berbentuk panggung. “Hanya saja, banjir di Kumpai Batu Bawah dan Tanjung Terantang ini membuat tanaman sayur milik warga sudah tenggelam,” ujarnya. (rin/tyo/sla)