Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat memperpanjang status tanggap darurat bencana banjir selama 14 hari ke depan. Banjir yang masih mengancam sejumlah kecamatan menjadi dasar perpanjangan status tersebut.
Sebelumnya, Pemerintah Daerah telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir yang berlaku dari 23 Agustus 2021 hingga 5 September-Oktober 2021. Mengingat banjir masih terjadi dan potensi curah hujan masih tinggi maka tanggap darurat banjir kembali diperpanjang dan mulai berlaku dari 6 September 2021 sampai 19 September 2021.
Kepala Pelaksana BPBD Kotawaringin Barat, Syahruni menegaskan bahwa Satgas penanggulangan banjir Kabupaten Kobar memutuskan untuk memperpanjang masa status tanggap darurat bencana banjir, meskipun diketahui banjir di Kecamatan Arut Utara sempat mengalami penurunan.
“Saat ini banjir meluas bukan hanya di Kecamatan Aruta tetapi juga sudah mencapai Kotawaringin Lama dan sebagian wilayah Kecamatan Arut Selatan,” ungkapnya.
Masih tingginya potensi hujan di wilayah Kotawaringin Barat dan sekitarnya maka diprediksi debit air akan meningkat dan banjir semakin meluas. Terkait langkah dan upaya yang telah dilakukan dalam kebencanaan, Pemerintah Kabupaten Kobar telah menyalurkan bantuan dan melakukan evakuasi warga yang rumahnya terendam banjir cukup parah.
Menurutnya, bersama Satgas banjir dari unsur TNI dan Polri akan terus dilakukan pemantauan banjir serta kesehatan warga terdampak banjir dengan melibatkan tim kesehatan dari kecamatan.”Potensi banjir yang masih terjadi, ia mengimbau kepada warga di daerah aliran sungai agar meningkatkan kewaspadaannya,” pungkasnya.
Hujan deras masih mengguyur Pangkalan Bun menyebabkan peningkatan debit Sungai Arut terus meningkat. Akibatnya puluhan rumah di lima kelurahan di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat mulai terendam.
Berdasarkan data sementara yang diterima untuk kelurahan Baru terdapat sebanyak 28 rumah yang terdampak, di Kelurahan Raja Seberang ada Sebanyak 15 rumah, di Kelurahan Mendawai ada sebanyak 10 rumah, sementara jumlah tersebut belum termasuk di kelurahan Raja dan Kelurahan Mendawai Seberang.
Lurah Baru, Kecamatan Arsel, Kabupaten Kotawaringin Barat, Yuningtyas Pratiwi mengatakan saat ini di RT 18 terdapat 22 rumah yang sudah terdampak banjir, RT 08 ada 4 rumah, dan di RT 16 sebanyak 2 rumah terdampak. “Selain rumah jalan menuju permukiman juga turut terendam, dan hingga saat ini pendataan terhadap rumah-rumah yang terdampak masih terus dilakukan,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Lurah Mendawai Rahadian Syahmi menyebut berdasarkan pantauan, wilayah di kelurahan Mendawai yang paling terdampak di Karang Anyar.
Namun mengingat hujan terus turun tidak menutup kemungkinan debit sungai semakin meningkat dan permukiman di Mendawai bawah yang berada di bantaran Sungai Arut juga akan terdampak. “Pendataan terus kita lakukan, bukan hanya rumah yang terdampak tetapi juga tanaman pertanian masyarakat,” ungkapnya.
Untuk diketahui kondisi banjir ini membuat masyarakat semakin sulit, selain kebutuhan sembako masyarakat juga membutuhkan material papan untuk membuat panggung di dalam rumahnya untjk menaruh barang dan sebagai tempat tidur.
Namun, saat ini papan sibitan yang biasanya di jual murah harganya melonjak, dalam satu ikatnya sudah dihargai Rp150 ribu, belum termasuk kasau dan paku. Mirisnya, untuk membeli papan, salah seorang warga Kelurahan Baru, Indra Alfian harus menjual handphonen satu-satunya yang ia miliki. “Saat ini air tinggal sedikit lagi masuk rumah, jadi saya terpaksa jual handphone saya untuk membeli papan dan kasau, kalau tidak barang-barang perabotan habis terendam,”tandasnya. (tyo/sla)