Jika anda melintas di trans Kalimantan Tengah, tempatnya 71 kilometer ke arah barat Kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), anda akan melihat sebuah rumah ibadah dengan tampilan yang unik dan terbilang langka, dengan luas sekitar 11 x11 meter persegi.
Lokasi rumah ibadah yang mulai dibangun pada tanggal 7 Juli 2017 ini, berada di wilayah Desa Terawan Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan. Sebelah kanan jalan, berdiri musala dengan desain artistik. Perpaduan nuansa Budaya Jawa dan Dayak dengan menggunakan 90 persen berbahan kayu Ulin atau kayu besi, yang terkenal dengan kekuatan dan keawetannya.
Salah satu ikon keunikannya, yakni gapura pintu masuk musala yang diberi nama Assalam ini, mirip dengan menara di Masjid Kudus Jawa Tengah. Namun bahannya 100 persen dari kayu Ulin yang disusun seperti susunan bata, dengan warna hitamnya yang alami. Selain itu dipasangi Telabang atau Tameng ukiran khas Suku Dayak.
Beberapa keunikannya antara lain, dinding masjid dibuat dari lempengan batang Ulin setebal 10 sentimeter. Menurut salah satu pembuatnya Basuki (51), pemasangan lempengan tersebut harus penuh dengan ketekunan dan kesabaran. Selain disusun agar terlihat artistik, juga harus direkatkan dengan lem kayu yang kuat, dicampur dengan serbuk kayu, serta diberi pasak kayu ulin.
“Ke depan, musala ini akan terus diperbagus dengan menambah ornamen kayu Ulin, agar seratus persen berbahan Ulin. Seperti pagar dan atapnya yang rencananya nanti juga menggunakan bahan Ulin,” ujarnya kepada Radar Sampit.
Bahan kayu untuk membuat Musala tersebut, sebagian besar berasal dari memanfaatkan limbah kayu Ulin dan akar-akarnya, yang dipotong dan dibentuk menyesuaikan desain Musala. Menurut Basuki, selain dibantu rekan-rekan dari tukang kayu dan ukir, pembangunan rumah ibadah umat Muslim ini juga dibantu rekannya yang berbeda agama, terutama untuk desainnya.
Hal lain yang unik; tiang luar musalah, masih terlihat alami kayu Ulin yang tidak dikupas, sehingga dipasang dengan kulitnya, dengan rata-rata sebesar paha orang dewasa. Selain itu sebelum masuk ke dalam muasala, di sebelah kanan juga dipajang sebuah lempengan kayu Ulin beserta akarnya, berbentuk Alquran dan diatasnya terukir tulisan Surat Al-Fatihah.
Selain itu, menambah kesan unik dan artistik musala ini, yakni ketika masuk ke dalam dan merasakan suasananya yang sejuk. Terlebih jika mendekat ke tempat Imam berdiri untuk memimpin Salat. Yakni dipenuhi dengan aroma semerbak wangi Kayu Gaharu, yang memang ditanam di salah satu tiang di dalamnya.
Menurut Basuki, pembangunan Musala ini selain memerlukan ketelitian dan kehati-hatian, juga harus sabar, terutama dalam merekatkan lempengan potongan batang Ulin untuk dinding. “Sudah banyak warga yang singgah ke sini ketika melintas. Baik yang beribadah atau pun foto-foto. Kami juga sediakan tempat berwudhu dan toilet di belakang musala,” tukasnya.
Latar belakang mendirikan Musala unik tersebut, menurutnya semata berangkat dari niat untuk beramal dan memberikan manfaat bagi masyarakat serta lingkungan sekitar. Selain itu agar bisa menjadi inspirasi, bagi kalangan pengusaha atau perusahaan besar swasta (PBS) yang ada di sekitar wilayah tersebut, agar bisa mendirikan tempat ibadah dan bangunan yang bermanfaat untuk warga sekitarnya.
Ke depan, dirinya berniat menghibahkan bangunan dan lokasi tempat musala tersebut untuk dimanfaatkan bagi masyarakat setempat. “Syukur-syukur kalau nantinya, musala ini bisa terus berkembang dan bisa jadisalah satu pusat dakwah, dan pendidikan agama,” ungkap Basuki. (gus)