Bupati Kotim Halikinnor mengaku prihatin dan sedih atas longsornya penambangan emas tradisional di Desa Tumbang Torung yang menewaskan enam pekerjanya. ”Ini sangat menyedihkan. Kalau hanya mencari makan dengan cara seperti itu kan memprihatinkan sekali,” ujarnya.
Menurutnya, penambangan ilegal berisiko terhadap penambang itu sendiri. Belum lagi masyarakat sekitar. Apalagi dengan penggunaan merkuri, di mana air yang digunakan akan berpengaruh terhadap masyarakat yang bergantung pada air sungai di wilayah tersebut. ”Dampak penggunaan merkuri tidak hanya bagi penambang, tetapi juga berpengaruh bagi masyarakat sekitar,” ujarnya.
Halikinnor menambahkan, peristiwa tersebut menjadi pelajaran. Apalagi para penambang di lokasi tersebut tak hanya warga setempat, tetapi juga berasal dari kecamatan lain di Kotim. Menurutnya, minimnya pengetahuan mengenai pertambangan oleh penambang di wilayah itu, membuat mereka kurang bisa memperhitungkan risiko besar yang mengancam nyawa. Akibatnya, saat menggali tanah di sekitarnya, terjadi longsor yang menimpa penambang.
”Lebih-lebih cara menambangnya. Karena pengetahuan terbatas, ketidakmampuan itu membuat mereka menambang tidak memperhitungkan tanah runtuh, akhirnya enam orang penambang meninggal dunia,” katanya.
Halikinnor berharap peristiwa tersebut tidak terulang kembali. Dia meminta kepala desa, camat, hingga dinas terkait melakukan pengawasan terhadap aktivitas pertambangan tradisional masyarakat. ”Ini menjadi pelajaran dan saya minta aktivitas semacam ini diawasi, agar kejadian serupa tak terulang lagi,” tegasnya. (yn/ign)