Kawasan Puntun yang dikenal sebagai kampung narkoba, menyedot perhatian Radar Sampit untuk mengungkap fakta tersebut secara langsung. Koran ini pernah merancang investigasi jurnalisme pada 2019 lalu, namun gagal saking bahayanya kawasan itu dimasuki. Liputan investigasi rencananya dilakukan dengan menempatkan dua wartawan di kawasan tersebut selama beberapa hari untuk memantau aktivitas bisnis haramnya. Wartawan yang bertugas sedianya dikirim langsung dari Sampit.
Untuk mengamati langsung kampung narkoba, wartawan harus menginap di kediaman salah satu warga yang tak terlibat bisnis tersebut. Guna menghindari kecurigaan warga setempat, terutama para pengedar dan bandar, rencananya wartawan akan mengaku sebagai keluarga warga yang diajak kerja sama.
Sebelum liputan dilakukan, Radar Sampit juga mengumpulkan sejumlah informasi dari kawasan tersebut. Alhasil, semua rencana itu buyar. Sistem pengamanan yang dibangun gembong narkoba, sulit ditembus dengan liputan investigasi.
”Setiap orang baru yang masuk di kawasan Puntun, pasti akan ditandai (diawasi, Red). Belum lagi kamera pengawas yang tersebar di sejumlah sudut,” kata warga Palangka Raya yang mengetahui betul seluk-beluk kampung narkoba tersebut.
Selain itu, kata informan Radar Sampit yang meminta namanya tak disebutkan ini, bandar di kawasan tersebut dilengkapi senjata api. ”Risikonya sangat besar jika ketahuan meliput aktivitas di sana,” ujarnya.
Menurutnya, konsumen sabu di wilayah itu berasal dari berbagai kalangan dan profesi. Bahkan, ada pelajar. Apabila ada yang berniat menyamar untuk mengungkap seluk-beluk bisnisnya dan ketahuan, bakal dipaksa membeli dan memakai sabu. Jika melawan, akan ditembak di tempat dan mayatnya dimusnahkan tanpa bisa diselidiki aparat.
Informasi tersebut belum membuat Radar Sampit menyerah. Siasat liputan dibuat dengan melibatkan aparat penegak hukum sebagai back-up apabila terjadi sesuatu. Akan tetapi, seorang aparat yang dihubungi, juga menyarankan agar liputan langsung ke wilayah itu sebaiknya tak dilakukan. ”Sulit Mas. Kalau pun mau menyamar, misalnya menjadi penjual pentol, minimal perlu waktu satu bulan. Itu pun harus dimulai dari pinggir dulu, sebelum masuk ke pusatnya,” ujar aparat tersebut.
Menurut aparat tersebut, bandar di sana membiayai hidup warga setempat. Karena itulah, akan sulit menembus sistem pengamanan di Puntun, meski dengan menyamar sekalipun. ”Taruhannya nyawa, Mas,” imbuhnya.
Seorang tokoh masyarakat Palangka Raya yang juga dihubungi Radar Sampit, juga menyarankan agar sebaiknya investigasi langsung di kawasan tersebut tak dilakukan demi keamanan. Padahal, tokoh ini mempunyai pengaruh besar di Palangka Raya. Namun, dia juga mengakui ganas dan bahayanya kampung narkoba tersebut.
Setelah melalui berbagai pertimbangan matang dan keselamatan wartawan, Radar Sampit akhirnya sepakat membatalkan rencana tersebut, dan hanya mengikuti perkembangan wilayah itu melalui operasi yang digelar aparat penegak hukum. Hingga akhirnya beberapa bulan setelahnya, tepatnya 23 April 2020, operasi besar-besaran dilakukan polisi dan membongkar jalannya aktivitas bisnis haram di kawasan tersebut. (ign)