Para sopir truk di Kabupaten Lamandau mulai mengeluhkan mahalnya harga solar eceran di Kota Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau. Pasalnya saat ini harga solar eceran (kios pedagang kaki lima) mencapai Rp 250 ribu per jeriken 20 liter. Padahal biasanya hanya di kisaran Rp 160 -190 ribu saja per jeriken. Kini pemandangan antrean truk mengular di APMS mulai terjadi. Karena di eceran, selain harganya mahal, barangnya juga langka. Dan di stasiun pengisian BBM belum tentu setiap hari kedatangan pasokan solar. “Padahal kami sangat butuh sekali minyak solar. Harga sawit sedang tinggi, orderan untuk angkutan sawit banyak, tapi kalau BBM langka bagaimana kami bisa kerja,” ungkap Udin salah satu sopir truk.
Dia dan rekan sesama sopir rela antre berjam-jam sejak APMS belum buka demi mendapatkan jatah minyak. Karena jika tidak maka mereka tidak bisa bekerja. “Kalau berharap beli minyak di eceran, tidak cukup untuk menutup biaya jalannya. Sekarang dimana-mana sekarang juga kosong minyak,” tuturnya. Untuk itu ia berharap agar pemerintah daerah bisa turun tangan untuk bisa menambah pasokan BBM di Kabupaten Lamandau. Sehingga para pengusaha angkutan bisa mendapatkan jatah BBM dengan lancar dan harga wajar. (mex/sla)