Lima orang kepala desa di wilayah Kabupaten Seruyan mengadu ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), terkait kendala usaha perikanan di wilayah mereka, Rabu (28/12) kemarin. Mereka membawa keluhan sulitnya mendapatkan benih ikan, tingginya harga pakan ikan, serta terjadinya banjir Rob yang berdampak pada tambak Ikan Bandeng di pesisir pantai. Kendala itu menyebabkan menurunnya produksi bahkan hingga gagal panen.
Lima kepala desa itu antara lain, Kepala Desa Selunuk Basriyah, Kepala Desa Persil Raya Sugiannor, Kepala Desa Pematang Limau Syahroni, Kepala Desa Sei Undang Ikhwan Arifin, dan Kepala Desa Kartika Bhakti Deddy Furwanto. Mereka diterima langsung Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Provinsi Kalteng Darliansjah.
Disampaikan, lima wilayah desa itu, semuanya memiliki potensi yang sama dalam pengembangan perikanan. Hampir seluruh warga desa merupakan pelaku usaha perikanan dan memiliki usaha budidaya ikan, baik itu kolam, karamba jaring apung, maupun tambak ikan. Komoditas ikan yang dibudidayakan adalah ikan nila, patin, lele, dan bandeng.
“Hampir 80 persen warga kami mayoritas pekerjaannya merupakan nelayan maupun pembudidaya dan di desa kami rata-rata pembudidaya tambak dengan komoditas ikan Bandeng yang telah menghasilkan produksi kurang lebih 30 sampai 60 ton ikan Bandeng per bulan,” ujar Kepala Desa Sei Undang, Ikhwan Arifin. Menanggapi keluhan para kades tersebut, Darliansjah hanya menyampaikan, adanya masukan terkait potensi dan permasalahan tentang sektor perikanan di daerah sangatlah penting. Menurutnya, masukan terkait potensi dan permasalahan tentang sektor kelautan dan perikanan di desa akan digunakan dalam pembinaan yang paling efektif, ketika bersinergi dengan pemangku kepentingan sehingga dapat dielaborasi agar Pemprov Kalteng dapat mendukung percepatan pembangunan kelautan dan perikanan di kabupaten maupun desa.
”Tahun 2023 Pemprov Kalteng telah menyiapkan program bagi pelaku usaha perikanan di Kalteng. Sebanyak 21.562 pelaku usaha perikanan akan mendapatkan proteksi perlindungan jiwa dalam program Asuransi Nelayan Berkah,” ujarnya. Dirinya pun meminta kerja sama dari masing-masing pemangku kepentingan di daerah, terutama perangkat desa agar dapat melakukan pendataan secara benar sehingga semua pelaku usaha perikanan di daerah dapat terakomodir dalam program ini.
Darliansjah pun kepada para kepala desa itu agar segera melakukan pendataan potensi budidaya ikan Patin, untuk difasilitasi mendorong ekspor Patin. Hal ini menurutnya, ini dikarenakan produksi ikan Patin Kalteng termasuk dalam lima besar produksi Se Indonesia. Untuk itu, potensi budidaya ikan patin ini harus diperhatikan dengan baik karena memiliki potensi besar dalam pemasarannya ke mancanegara, salah satunya ke Arab Saudi. “Kampung Budidaya atau Lewu Budidaya merupakan salah satu program yang digagas oleh gubernur, agar daerah dapat berinovasi dalam keunggulan bidang budidaya perikanannya. Adanya program Lewu Budidaya ini untuk memastikan bahwa program perikanan dari hulu sampai hilir berada pada satu daerah,”pungkas Darliansjah. (ewa/gus).