Gelombang tinggi di laut mengakibatkan pasokan ikan di pasar berkurang. Harga ikan laut pun mengalami kenaikan. Kondisi tersebut sudah berlangsung selama satu pekan terakhir. “Ikan laut kosong, ikan kembung yang ini juga sedikit, asal ada saja,” kata Asep, pedagang ikan di blok pasar ikan Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM), Selasa (10/1).
Jenis ikan laut yang biasa dia jual namun belakangan ini kosong antara lain tenggiri dan ikan kakap merah. Sementara ikan kembung, lajang, dan ikan tongkol yang dia jual stoknya minim. Minimnya stok ikan laut di pasaran lantaran banyak nelayan yang tidak melaut akibat cuaca buruk atau gelombang tinggi. Kalaupun ada yang melaut, perlu waktu kurang lebih dua minggu lamanya menunggu. “Kalau nelayan melaut menunggunya bisa dua minggu baru ada,” tambahnya.
Dari pantauan Radar Sampit, masih terlihat beberapa pedagang ikan yang berjualan. Namun, ikan yang dijual kebanyakan bukan hasil tangkapan laut melainkan ikan air tawar seperti bandeng, nila, dan patin. Sedangkan untuk ikan laut banyak yang kosong. Kalaupun ada kondisinya banyak yang sudah tidak segar lagi karena dimasukkan mesin pendingin. Untuk harga relatif, seperti ikan kembung ukuran kecil Rp 40 ribu per kilogram, ikan tongkol Rp 40-45 ribu per kilogram.
Sedangkan ikan lainnya seperti ikan patin Rp 28 ribu per kilogram, ikan nila Rp 40 ribu per kilogram. Gelombang tinggi juga berdampak terhadap harga sejumlah komoditas pertanian. Sejak awal tahun tadi harga cabai juga alami kenaikan dari Rp 55 ribu menjadi Rp 65 ribu per kilogram. Begitu juga dengan harga tomat, wortel dan kentang. “Tomat yang biasanya Rp 14 ribu jadi Rp 20 ribu per kilogram, wortel dan kentang jadi Rp 20 ribu per kilogram. Gelombang tinggi, enggak ada kapal,” ujar Lastri, pedagang sayur.
Di sisi lain, harga daging ayam juga mengalami kenaikan, padahal momentum Natal dan tahun baru sudah lewat. “Baru hari ini saja harganya Rp 42 ribu per kilogram,” kata Sita, penjual ayam di PPM Sampit. Selepas momentum Natal dan tahun baru, harga daging ayam yang sempat mencapai Rp 45 ribu, turun menjadi Rp 38 ribu, kemudian naik lagi menjadi Rp 40 ribu, hingga Rp 42 ribu per kilogram.
“Pembelinya juga sepi, langganan rumah makan yang biasanya beli banyak juga berkurang,” tuturnya. Dirinya tidak mengetahui penyebab harga daging ayam yang kembali alami kenaikan. “Ayam hidup dari Banjarmasin ya sudah tinggi. Yang biasanya sehari habis 200 ekor, sekarang paling 50-70 ekor. Lihat saja pasar sepi, biasa buat main bola,” pungkasnya. (yn/yit)