Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah Yura Adalin Djalins menyampaikan, pada Triwulan -III 2022, ekonomi Kalteng tumbuh 6,74persen (yoy), melambat dari TW-II 7,31% (yoy). Diperkirakannya, perekonomian Kalteng melambat pada tahun 2023. Hal ini lantaran produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) sebagai dampak pemupukan yang lebih selektif akibat harga pupuk yang mahal di tahun 2022. Lalu, penurunan potensi produksi bauksit seiring larangan ekspor bijih bauksit sejak juni 2023.
“Hingga El nino di TW-II 2023 berpotensi mengakibatkan kekeringan pada persawahan, menurunnya perdagangan antar daerah seiring menurunnya prakiraan produksi TBS dan Crude Palm Oil,” ungkap Yura. Bicara pangsa pasar, Yura menyebutkan angsa ekspor brown economy di Kalimantan Tengah didominasi batu bara 74persen dan minyak kelapa sawit 13 persen. Saat ini lanjutnya, Indonesia mencapai 69,16persen dari seluruh tujuan SDGs (Sustainable Development Report, 2022).
Kedepannya, Kalteng memiliki potensi hilirisasi batu bara sebagai upaya transisi menuju green economy. Tantangan kedepan menurutnya, permintaan batubara global diperkirakan mengalami perlambatan terutama di tengah semangat global menuju green economy. Berbagai komitmen menuju green energy baik dari domestik/global, juga menjadi downside risk terkait kinerja SDA mentah terutama batubara.
“Termasuk Untuk dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Kalteng ditengah menurunnya demand akan batubara, percepatan hilirisasi berbasis batubara dapat menjadi solusi utama mewujudkan perekonomian Kalimantan yang sustainable,” papar Yura. Ia melanjutkan, pada sisi permintaan, pertumbuhan didorong ekspor yang tumbuh 13,87persen, (yoy) dengan Jepang sebagai tujuan utama. Kemudian lanjutnya, di sisi penawaran, LU pertambangan tumbuh tinggi 11,71persen (yoy). Pangsa ekspor pertambangan kian membesar, 79persen dari total ekspor. Sementara pangsa ekspor CPO turun akibat larangan ekspor pada TW-II 2022.
Namun demikian lanjut Yura, secara regional, sebelumnya di tahun 2022 pertumbuhan ekonomi Kalimantan justru menunjukkan tren positif. Pada triwulan II,pertumbuhan mencapai 4,25persen (yoy), sementara pada triwulan III meningkat menjadi 5,67persen (yoy).Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Kalteng sebesar 6,74persen (yoy) pada triwulan II, lebih tinggi di atas rata rata pertumbuhan ekonomi Kalimantan dan nasional. “Pertumbuhan ekonomi Kalteng yang impresif pada triwulan ini didukung oleh sektor pertanian, pertambangan, dan industri pertambangan. Pertumbuhan Kalteng juga disokong oleh kinerja ekspor yang kian membaik, khususnya oleh sektor pertambangan yang kontribusinya pada total ekspor Kalteng (79persen) pada tahun 2022 meningkat dibandingkan pada tahun 2021 (68persen),”paparnya, Rabu (18/1).
Yura melanjutkan, pada sisi lain di tahun 2022 Kalimantan Tengah berhasil mengendalikan tekanan inflasi dari VF Disagregasi Inflasi Historis. Kalteng mengalami inflasi 6,32persen ytd, lebih tinggi dibandingkan dengan 2021 3,32persen. Menurutnya Inflasi didorong oleh beras akibat pasokan masih terbatas dari hama tungro dan banjir. Selain itu, kenaikan harga bensin bersubsidi awal September juga meningkatkan tekanan inflasi. Meskipun begitu, berkat berbagai upaya menekan inflasi dengan kegiatan seperti operasi pasar dan tanam cabe, Kalteng mampu turun dari peringkat 2 ke peringkat 9 inflasi nasional. Dipaparkannya pula, untuk mengendalikan inflasi, Kalteng menggunakan strategi 4K. Pertama, keterjangkauan harga dilaksanakan dengan pelaksanaan operasi pasar serta kebijakan distribusi LPG 3 Kg. Kedua, ketersediaan pasokan disokong dengan kegiatan penanaman dan pengadaan komoditas pangan.
Ketiga, kelancaran distribusi dilakukan dengan rencana pembangunan pabrik penggilingan beras di Kabupaten Kotim. Keempat, komunikasi efektif dilakukan dengan sosialisasi kepada masyarakat mengenai isu inflasi secara offline dan online. (daq/gus)