Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengungkapkan, sejak tiga tahun terakhir (2020, 2021, dan 2022) curah hujan di Indonesia cukup tinggi. Di mana, hal tersebut berdampak terhadap berkurangnya kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Bahkan, pada 2022, luas lahan yang terbakar pun menurun hingga 43 persen bila dibandingkan 2021. ”Operasional heli juga menurun jauh, hanya 24 unit yang water booming sepanjang 2022. Kemudian, untuk jumlah heli patroli turun 64 persen,” jelasnya saat menggelar RDP dengan Komisi VIII DPR RI, Rabu (18/1).
Meskipun begitu, capaian tersebut lantas tidak membuat Suharyanto berbesar hati. Sebab, menurutnya, berdasar informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), untuk musim panas pada 2023 ini akan berlangsung lebih lama. Sehingga, pihaknya pun memprediksi, di 2023 ini operasi penanganan karhutla akan lebih besar dari pada 2021 dan 2022. ”Sebagai persiapan terkait penanganan karhutla, BNPB ditugaskan melakukan TMC. Sementara, operasi darat dikoordinator KLHK dan unsur TNI Polri,” terangnya. Terkait operasi udara, lanjut Suharyanto, pihaknya sejak awal Januari ini pun sudah kontingensi menyiapkan lebih banyak helikopter dibandingkan dengan 2021 dan 2022. Termasuk juga sudah menggelar rapat untuk teknologi modifikasi cuaca. Di mana, pada 2023 ini, pihaknya diperbolehkan menggandeng unsur swasta. Karena itu, saat ini, pihaknya pun tengah berusaha mencarinya.
”Selama ini, TMC hanya melalui pemerintah, dalam hal ini BRIN sebagai unsur ilmuwannya. Kemudian, untuk sarana prasarananya dari Angkatan Udara. Tapi, pesawat-pesawat Angkatan Udara itu terbatas. Sehingga pada saat dibutuhkan di beberapa titik bersamaan tidak mencukupi,” bebernya.
Dikatakan Suharyanto, sejak akhir dan awal tahun kemarin, pihaknya telah melaksanakan TMC di seluruh Jawa. Kemudian, saat ini berlangsung di Bali. Menurutnya, hasil TMC sangat bermanfaat. Bahkan juga strategis. Yakni dapat dilaksanakan pada saat musim hujan maupun kemarau. Terkait keberhasilan TMC, juga mendapat apresiasi dari Kemenhub dan BMKG. ”Provinsi prioritas karhutla itu ada enam provinsi (Rio, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan). Kalau semuanya dalam kondisi kekeringan dan terjadi karhutla, tentu dengan jumlah pesawat yang ada di TNI AU untuk melaksanakan operasi TMC itu kami rasa masih kurang,” ucapnya.
Sementara itu, Plt Deputi Klimatologi BMKG Dodo Gunawan mengungkapkan, berdasar prediksi, untuk musim kemarau pada 2023 ini akan berlangsung normal. Sedangkan di tiga tahun ke belakang, musim kemarau tidak normal. Yakni kebanyakan hujan karena ada La Nina. Namun, hal tersebut membawa berkah tidak banyak karhutla dan produksi pertanian terbantu hujan. Walaupun ada bencana hidrometeorolgi, musim kemarau ada banjir.
“Pada 2023 ini tetap normal sesuai musim kemarau setiap daerahnya. Lebih kering iya dari tiga tahun tersebut, tapi keringnya kering normal sebagaimana musim kemarau umumnya, bukan seperti kemarau tiga tahun terakhir,” ujarnya. (gih/jpg)