SAMPIT-Pasokan sapi di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) saat ini tidak begitu banyak karena pengiriman terhambat. Hal itu terjadi setelah Pulau Jawa menghentikan pengiriman sapi potong demi mencegah penyebaran wabah penyakit kulit sapi berbenjol atau Lumpy Skin Desease (LSD) yang saat ini mewabah.
"Kotim tidak bisa menerima pasokan sapi dari Pulau Jawa. Sehingga pasokan sapi di rumah potong hewan (RPH) saat ini memang sangat sedikit, karena pengiriman belum lancar seperti biasanya," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Kotim Endrayatno, Rabu (18/1).
Menurutnya, saat ini sapi yang dipotong dan dijual untuk memenuhi konsumsi masyarakat Kotim ditopang dari Pangkalan Bun dan Seruyan. "Kalau dari Pulau Jawa masih proses kemungkinan dua sampai tiga minggu lagi. Posisi sapi sebenarnya sudah di Bangkalan dan dikarantina karena ada penyakit LSD ,sehingga ada aturan khusus," terangnya.
Selain vaksin penyakit mulut dan kaki (PMK), sapi yang akan didistribusikan juga harus sudah mendapatkan vaksin LSD. Kondisi ini semakin menghambat proses pengirimannya. Sapi yang akan dikirim harus melalui perlakuan khusus dan betul-betul steril tidak ada gejala PMK maupun LSD.
"Harus ada izin pemasukan dari daerah yang dituju, izin pengeluaran dari daerah asal sapi, diperiksa kesehatan, baru keluar surat keterangan kesehatan hewan, kemudian sudah tervaksin PMK dan LSD lalu dikarantina sekitar sebulan," jelasnya.
Pendistribusian sapi semakin lama, karena prosesnya yang cukup panjang. Kotim sendiri biasanya menerima pasokan sapi dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan yang dikirimkan lewat jalur laut.
Virus PMK yang menyerang sapi beberapa waktu lalu mengakibatkan Kotim sudah lama tidak menerima pasokan sapi dari Jawa. Pasokan terakhir pada Hari Raya Idulfitri tahun 2022 lalu.
"Kebutuhan konsumsi sapi Kotim dalam sehari mencapai delapan ekor dan Kotim hanya mampu menyuplai satu ekor dari yang dibutuhkan. Sementara itu, jumlah total populasi sapi di Kotim saat ini minim, hanya sekitar 4.000. Apalagi semenjak adanya virus PMK Kotim tidak ada lagi pasokan dari luar, sehingga sapi lokal dipotong terus, padahal sebelumnya sekitar 6.000 ekor," tandasnya.
Penyakit kulit berbenjol adalah penyakit infeksi pada sapi dan kerbau yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV). Virus ini umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau. Penyakit ini dicirikan dengan adanya nodul-nodul yang keras pada kulit di hampir seluruh bagian tubuh.
Harga daging sapi potong di pasaran saat ini antara Rp 160.000 - Rp 170.000. Para pedagang sapi pun mengaku kesulitan mencari sapi untuk bisa dijual di lapak mereka. "Daging sapi tidak bisa masuk dari kemarin. Mencarinya juga sulit. Kalaupun ada harganya mahal," kata Irwan pedagang sapi.
Kondisi ini berpengaruh terhadap penjualan daging sapi di pasar. Pelanggan banyak yang beralih ke daging beku (frozen) karena harganya yang lebih murah. "Sangat berpengaruh, jadi sepi daging, terus orang lebih memilih frozen karena agak miring harganya," ucapnya. (yn/yit)