Sejumlah warga mengeluhkan mahalnya harga tiket pesawat dari Bandara Haji Sampit. Harga yang dijual lebih mahal dibandingkan bandara lainnya di Kalimantan Tengah. Hal itu membuat sebagian warga terpaksa menghindari penerbangan dari Sampit. Penelusuran Radar Sampit, ternyata ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga tiket pesawat di Sampit lebih mahal. Melansir penjelasan pengamat penerbangan Alvin Lie yang dikutip dari laman kompas.com, ada beberapa faktor yang menyebabkan selisih harga tiket pesawat yang besar antarbandara.
Pertama, harga avtur masing-masing daerah yang berbeda. Dia mencontohkan harga avtur di bandara Solo lebih mahal dibandingkan avtur di bandara Surabaya. Dari data yang diberikan Alvin, tertera harga avtur Pertamina di bandara Solo Rp17.342 per liter untuk penerbangan domestik, sedangkan di bandara Surabaya Rp16.416 per liter. ”Karena biaya distribusinya, efisiensinya, dan lain sebagainya, maka harga avtur di Bandara Juanda itu lebih murah. Tentunya ini berpengaruh pada harga tiket,” tutur Alvin, beberapa waktu lalu.
Alasan kedua, harga tiket pesawat ditentukan dari jumlah penumpang yang berangkat dari satu destinasi ke destinasi lain. Airlines melakukan perhitungan setiap kali penerbangan. ”Itu break-even point-nya berapa persen dari kapasitas pesawat bisa terangkut,” ujarnya.
Faktor ketiga, jenis pesawat yang digunakan. Hal itu berkaitan dengan konsumsi bahan bakar. Misalnya, Boeing 737 lebih boros daripada pesawat Airbus. Terakhir, lanjut Alvin, harga tiket tidak semata bisa dilihat dari berapa yang dibayarkan penumpang, tetapi juga ada jumlah lainnya yang harus dibayar. Artinya, seberapa besar yang masuk ke maskapai, lalu sisanya akan masuk ke pajak. Misalnya, pajak pertambahan nilai (PPN) 11 persen, asuransi wajib Jasa Raharja Rp5.000 per penumpang, dan tarif pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U). Sebelumnya, biaya penerbangan dari Sampit menuju kota besar di Indonesia lebih mencekik dibanding daerah lainnya di Kalteng. Kondisi itu membuat sebagian warga memilih memanfaatkan jasa penerbangan melalui bandara daerah tetangga yang menawarkan tarif lebih murah; Palangka Raya dan Pangkalan Bun.
”Saya sebagai pengguna transportasi udara sangat berat untuk biaya tiket saat ini dari Sampit. Contohnya ke Surabaya dan Jakarta paling tidak di angka Rp2 juta harga tiketnya. Sedangkan lewat bandara lain kadang Rp1,2 juta saja. Bedanya bisa sampai Rp1 juta kalau dari Sampit,” kata Kuncoro, warga Sampit, Jumat (17/2). Kuncoro mengaku memilih”terbang” melalui Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya karena selisih harga yang terlalu besar. Meski biaya perjalanan darat sekitar Rp200-300 ribu, dia rela menempuh perjalanan sekitar empat jam karena dinilai lebih hemat.
”Sebenarnya yang dirugikan Kotim sendiri kalau orang banyak lewat bandara kabupaten lain. Kami juga bingung, kenapa harganya begitu mahal kalau dari Sampit,” kata dia. Keluhan serupa disampaikan warga lainnya, Desi, seorang wiraswasta di Sampit. Dia mengaku sering berpergian melalui Pangkalan Bun atau Palangka Raya untuk menghemat biaya. Nominal uang yang dihemat dinilai lumayan besar, karena dia sering ke Jakarta mendatangi saudaranya.
”Mending menempuh empat jam jalur darat, lebih hemat Rp1 juta. Apalagi kalau tidak mendesak, saya memilih alternatif berangkat dari daerah lain,” katanya. (ang/hgn/ign)