Konflik perebutan lahan perkebunan kelapa sawit antara Hok Kim dan Alpin Laurence di Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu diminta tak sampai memicu tidak kondusifnya wilayah tersebut. Persoalan itu hendaknya bisa diselesaikan melalui jalur hukum. ”Persoalan itu jangan sampai menjadi sesuatu yang berdampak buruk terhadap kondusifitas daerah. Tapi, kami percayakan kepada aparat penegak hukum untuk menanganinya secara profesional,” kata Ketua DPRD Kotim Rinie Anderson (24/2).
Rinie menyarankan agar pihak yang bersengketa beradu di jalur Pengadilan Negeri Sampit. Gugatan perdata lebih tepat dilayangkan untuk mendapatkan kepastian hukum. ”Harus menempuh jalur hukum untuk mendapatkan kepastian, sehingga jangan sampai di lapangan seperti tidak ada ruang penyelesaian,” tegas Rinie. Sementara itu, areal lahan yang direbutkan saat ini ditetapkan sebagai status quo oleh pihak keamanan setempat. Dua pihak bersengketa sama-sama tidak bisa mengelola lahan sebelum ada penyelesaian. Penetapan status tersebut dilakukan setelah ada aksi pengusiran massa Alpin Laurence beberapa waktu lalu yang dilakukan Hok Kim.
Konflik perkebunan tersebut sejatinya merupakan ”perang” saudara. Hok Kim merupakan adik sepupu Alpin Laurence. Harta berupa perkebunan kelapa sawit seluas 700 hektare merusak hubungan kekerabatan tersebut. Konflik dua kubu terus memanas hingga sempat terjadi upaya saling menduduki lahan. Keduanya memiliki massa yang sama-sama banyak. Informasinya, sebagian besar massa sengaja didatangkan dari luar daerah. Menyikapi persoalan tersebut, Kapolres Kotim AKPB Sarapani menegaskan, sengketa itu jadi perhatian serius di lintas Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kotim. Pihaknya masih berupaya memperjuangkan mediasi perdamaian kedua belah pihak. ”Jangan sampai sengketa ini terjadi bentrok. Saya mengimbau kedua pihak mengutamakan kepentingan umum dan tidak menimbulkan keonaran. Apabila ada yang menjadikan korban dalam kasus pidana, silakan melapor ke Polres Kotim. Kami akan layani. Jangan ciptakan polemik di masyarakat!” tegas Sarpani. (ang/ign)