Direktorat Samapta (Dit Samapta) Polda Kalteng mengoperasikan drone berupa pesawat tanpa awak jenis Unmanned Aerial Vehicle (UAV), yang akan digunakan tim khusus kesiapsiagaan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Dir Samaptha Polda Kalteng Kombes Pol Widiarso menjelaskan, pesawat ini memiliki daya jangkau hingga 80 kilometer, dikontrol remot dan mampu terbang hingga ketinggian 5000 meter. Selain itu dilengkapi GPS dan mampu terbang dalam waktu 120 menit hingga 150 menit, yang asal pembuatannya dari China.
Secara rinci, Operator Drone Bripda Wahyu Bagus Pangestu memaparkan, pesawat tanpa awak ini cukup besar. Menurutnya di Indonesia hanya dimiliki beberapa polda saja, diantaranya Polda Kalteng, Kaltim, Kalbar, Kalsel , Jambi dan Riau. “Fixed Wing VTOL adalah Drone yang dapat take off dan landing secara vertikal. VTOL Drone adalah gabungan antara Rotary Wing Drone dan Fixed Wing Drone. VTOL Drone sangat cocok untuk pemetaan, karena drone tipe ini tidak memerlukan landasa,n sehingga dapat take off dan landing di mana saja. Banyak keunggulannya, jangkauan 80 kilometer, hanya ada delapan polda yang memiliki,” ujarnya.
Bagus melanjutkan, pesawat tersebut juga bisa digunakan untuk mengambil video dan foto dengan hasil kualitas bagus dan bisa digunakan saat malam hari. “Dengan drone, bisa menangkap lebih banyak titik topografi, sehingga pengukuran diharapkan bisa menghasilkan data yang jauh lebih akurat,” terangnya. Menurutnya, khusus untuk Dit Samapta Polda Kalteng, drone tersebut dioperasikan oleh tiga operator, salah satu dirinya.
Sebelum melaksanakan pengendalian, mereka dilatih secara khusus, sebab alat canggih tersebut bernilai miliaran rupiah dan operator yang mengendalikannya harus benar-benar konsentrasi. Ia menambahkan, pesawat tersebut memiliki kecepatan 71 kilometer per jam, bisa dikendalikan pada malam hari dan menghasilkan pemantauan yang sangat bagus, dan sudah diterbangkan di wilayah Kabupaten Lamandau dan Murung Raya. ”Maka itu drone tersebut berfungsi untuk memantau titik api kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Semoga dengan alat ini upaya antisipasi dan pencegahan karhutla dapat lebih maksimal,” tandas Wahyu Bagus Pangestu. (daq/gus)