Konflik lahan antara masyarakat Desa Luwuk Bunter dengan perusahaan perkebunan di wilayah itu kian meruncing. Warga mengancam akan melakukan aksi besar-besaran di lokasi hingga mengusir pekerja yang tengah menggarap lahan milik masyarakat.
RADO, Sampit |
Ungus M Rewa, salah satu korban lahan yang digusur pihak perusahaan tak terima dengan penggarapan dengan alat berat di lahan miliknya. Dia telah menyurati kepala desa, camat, Polsek, hingga Danramil Cempaga menyampaikan persoalan tersebut agar difasilitasi penyelesaiannya. Apabila dalam waktu dekat tidak ada penyelesaian, mereka memilih menempuh aksi. ”Lahan kami digusur lagi. Anehnya, mereka ini kucing-kucingan. Ketika kami ada di lokasi, mereka tidak bekerja dan saat ini lahan saya sekeluarga sudah separuh digarap dan ditanam,” kata Ungus. Lahan miliknya berada dalam areal irigasi pertanian Desa Luwuk Bunter yang telah tertanam kelapa sawit hingga karet. Pihak perusahaan mengakui penggarapan bukan oleh pihaknya, tetapi koperasi yang menjadi mitra perkebunan tersebut.
”Apakah mereka tidak tahu kalau itu lahan di Luwuk Bunter dan bagaimanapun kami akan pertahankan lahan ini di lapangan,” katanya. ”Kami seperti dipancing untuk anarkis di lapangan dan beberapa hari lalu mereka menurunkan warga juga di lokasi. Indikasinya sengaja mengadu domba kami, sehingga kalau ada konflik di lapangan, aparat desa hingga kecamatan mesti bertanggung jawab juga,” tambahnya lagi.
Saat ini, lanjutnya, lahan yang sudah digarap menggunakan alat berat mereka tanam kembali dan dijaga. Tidak menutup kemungkinan akan ada gesekan fisik di lapangan jika pihak perusahaan mengerahkan kelompok tertentu di lokasi. ”Kami berbicara masalah harga diri dan mempertahankan hak kami sebagai masyarakat, jadi kami berupaya semaksimal mungkin melawan kezaliman ini,” tegasnya. Kebun warga yang digarap perusahaan terus saja bertambah. Dalam kurun tiga bulan terakhir sudah ratusan hektare. Saat ini warga yang memiliki dan menguasai lahan mulai mengonsolidasi untuk melawan aksi perampasan hak mereka.
Sebelumnya, PT Borneo Sawit Perdana (BSP) membantah merambah kawasan proyek pemerintah berupa saluran irigasi di Desa Luwuk Bunter. Di sisi lain, penggarapan yang dilakukan untuk kebun plasma masyarakat. ”Itu lokasi lahan koperasi plasma PT BSP dan tidak ada penggarapan atau penggusuran saluran irigasi di areal tersebut,” ujar Eni Ekowati dari BSP.
Eni menegaskan, pihaknya tidak menggarap sampai lahan dalam irigasi masyarakat Desa Luwuk Bunter yang sudah menjadi areal kebun karet dan kelapa sawit tersebut. ”Penjelasan dari pihak koperasi plasma, alat berat betul menggarap lahan untuk plasma, namun tidak sampai merusak saluran irigasi. Kebenarannya biar dilihat sama-sama tim pemda yang meninjau lapangan,” ujarnya. (***/ign)