KASONGAN – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Katingan Feriso mengapresiasi atas pelaksanaan kegiatan Salam Anak Indonesia yang digelar BNPT bersama FKPT Kalteng. Apalagi Katingan dipercaya sebagai tempat kegiatan, yang dinilai sangat bermanfaat untuk menumbuhkan nilai-nilai toleransi kepada anak.
”Kami harapkan dengan pendekatan kepada anak- anak di sekolah dasar, mengajarkan secara dini untuk menghargai, menghormati, dan saling mengasihi satu sama lain,” katanya, Minggu (3/9).
Dalam aksi terorisme, lanjutnya, anak adalah korban, sehingga masuk dalam kelompok rentan. Anak justru dapat dilibatkan sebagai agen perubahan untuk mengajak dan melakukan edukasi kepada teman sebayanya agar tidak terpapar paham radikalisme dan mencegah aksi terorisme.
”Kegiatan ini mengambil tajuk aku bangga menjadi anak Indonesia dalam pencegahan radikalisme dan terorisme di masyarakat yang digelar bekerja sama antara FKPT Kalteng bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Hal itu untuk bersama-sama mencegah muncul dan berkembangnya paham dan aksi radikal terorisme di mulai dari sekolah dasar," ujarnya.
Ketua Forum Koordinasi Pencegahaan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan Tengah Khairil Anwar dalam sambutannya melalui Sekretaris FKPT Kalteng Fajar Sriningsih mengatakan, partisipasi anak-anak Indonesia dalam serangan teroris sekarang atau di masa depan, sebagian dapat dikaitkan dengan indoktrinasi.
”Proses indoktrinasi dilakukan pada anak-anak melalui jalur keluarga. Anak-anak yang harusnya menikmati masa kecil, diajak ikut sepaham dengan kelompok terkecilnya, yaitu keluarga. Indoktrinasi dalam keluarga merupakan suatu hal yang berbahaya. Seorang anak hanya mempercayai kedua orang tuanya, tanpa curiga terjerumus dalam aksi terorisme," katanya.
Menurutnya, anak-anak dapat menjadi radikal karena terdoktrinasi melalui lembaga atau institusi. Indoktrinasi pada anak berupa proses pembujukan kelompok tertentu, orang tua ataupun platform online lainnya. Indoktrinasi melalui sekolah atau pesantren dilakukan guru yang sudah terpapar radikalisme.
”Kami berupaya menanamkan nilai-nilai Pancasila dan toleransi terhadap sesama sejak usia dini. Itu untuk pencegahan masuknya paham radikalisme kepada anak,” tegasnya.
Dia melanjutkan, melalui kegiatan tersebut, paling tidak bisa mendorong guru dan anak usia sekolah dasar, senantiasa menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat dan menghargai kemajemukan bangsa. (sos/ign)