Sampit menyandang status Kota Layak Anak (KLA). Namun, banyak bocah yang menjadi pengamen dan pengemis. Mereka tersebar di berbagai sudut Kota Mentaya, mulai dari rumah makan hingga traffic light. “Saya tadi siang makan di Jalan Pelita. Selama kurang lebih 40 menit saya di situ, banyak anak-anak pengemis,” kata Sumianti, warga Sampit.
Menurutnya, anak-anak ini kerap ditemui di lampu merah, rumah makan, dan warung. Dia merasa iba melihat anak usia di bawah enam tahun menjadi pengamen dan pengemis. “Intinya kita prihatin, padahal Sampit disebut sebagai Kota Layak Anak, tapi kondisi ini tidak baik untuk anak,” kata Sumianti. Maraknya kembali anak jalanan ini diduga kuat merupakan sindikat yang sudah pernah terjaring oleh Satpol PP Kotim. Mereka dipekerjakan oleh seseorang yang mana setiap hari harus menyetor sejumlah uang kepada bos. Sayangnya saat ini pihak yang mempekerjakan ini tidak diproses hukum.
Anggota Komisi III DPRD Kotim yang membidangi pendidikan, Dadang H Syamsu, mengaku miris melihat anak anak jadi pengamen dan pengemis. Sementara pemerintah daerah sedang gencar-gencarnya menjadikan Sampit sebagai Kota Layak Anak (KLA). “Memang sudah seharusnya dilakukan patroli dan pengawasan berkala untuk daerah-daerah yang selalu jadi objek mengamen dan mengemis. Apalagi keberadaan mereka terus menjamur di wilayah kita ini, perkembangan kelompok demikian harus kita cegah,” kata Dadang. (ang/yit)