SAMPIT – Program Grebek Stunting yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dalam upaya penanganan stunting di kabupaten ini diharapkan berjalan berkesinambungan.
Kepala Dinas Kesehatan Kotim Umar Kaderi mengatakan, program penanganan stunting melalui Grebek Stunting sudah dianggarkan di Dinas Kesehatan. Namun demikian, anggaran tersebut tidak begitu signifikan.
”Untuk yang berkelanjutan memang kita sudah dianggarkan, hanya tidak signifikan dianggarkan di Dinas Kesehatan," katanya.
Grebek Stunting yang dilakukan pemerintah daerah diprogramkan setiap hari selama tiga bulan berturut-turut, dengan membagikan ribuan susu dan telur kepada sasaran stunting di seluruh kecamatan. Program tersebut mulai berjalan pada Desember tahun lalu dan berakhir Februari ini.
Umar berharap program Grebek Stunting tetap dapat berjalan berkelanjutan, tidak hanya selesai di tiga bulan itu saja. Sebab, setiap desa juga telah menganggarkan untuk penanganan stunting melalui Dana Desa (DD) maupun Anggaran Dana Desa (ADD).
”Kemudian di desa-desa juga dari DD/ADD sudah disiapkan waktu kami menyusun perencanaan 2023 kemarin, sudah dianggarkan yang 2024 ini. Insya Allah berkesinambungan," katanya.
Penurunan stunting berdasarkan data elektronik-pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (E-PPGBM), bahwa prevalensi stunting Kotim tahun 2022 sebesar 22,6 persen dan mengalami penurunan pada tahun 2023 menjadi sebesar 18,4 persen. Sementara pemerintah pusat menargetkan seluruh kabupaten/kota menurunkan prevalensi stunting sebesar 14 persen pada 2024.
Saat ini, kata Umar, ada sekitar 29 desa di Kotim yang menjadi locus stunting. Pihaknya berharap melalui berbagai program dalam penanganan stunting, dapat menurunkan angka kasus stunting di wilayah ini.
”Kalau desa, mereka memberikan bantuan untuk penanganan stunting itu sesuai dengan beberapa kasus yang terjadi di lapangan. Jadi, untuk penanganan stunting ini sudah dianggarkan di DD atau ADD, dan dinas kesehatan juga ada, tapi tidak signifikan,” ujarnya. (yn/ign)