PANGKALAN BUN - Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) terus menunjukkan tren peningkatan. Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kobar, hingga tahun 2024 tercatat sebanyak 86 pengidap, naik dari 85 kasus pada tahun sebelumnya. Hal ini menjadi perhatian serius, mengingat kasus HIV-AIDS seperti fenomena gunung es, di mana jumlah sebenarnya jauh lebih besar dibanding yang terdata.
Sekretaris KPAD Kobar Aspan mengungkapkan, HIV-AIDS kini tidak hanya menyasar kelompok rentan, tetapi juga ibu rumah tangga (IRT) bahkan ibu hamil,. Bahkan, pada tahun 2023, seorang anak tercatat sebagai pengidap HIV.
“HIV-AIDS mudah menular melalui hubungan seksual tanpa pengaman. Jika tidak terdeteksi atau tidak diobati, pengidap berpotensi menularkan kepada orang lain, sehingga kasus ini dapat terus menyebar,” jelas Aspan saat ditemui di kantornya.
Pemerintah Kabupaten Kobar bersama KPAD terus berupaya terus melakukan sosialisasi dan pendampingan bagi pengidap HIV/AIDS. Penutupan lokalisasi beberapa tahun lalu ternyata tidak secara signifikan menurunkan angka kasus. Hal ini disebabkan oleh faktor mobilitas tinggi masyarakat di Kobar serta pola hidup tidak sehat, seperti berganti-ganti pasangan.
Sebagian besar kasus HIV/AIDS di Kobar ditemukan melalui diagnosis di fasilitas kesehatan atau saat pengidap datang ke klinik perawatan, dukungan, dan pengobatan (PDP) yang tersedia di beberapa kecamatan.
Aspan mendorong masyarakat yang merasa rentan terhadap HIV-AIDS untuk segera memeriksakan diri di Klinik PDP yang ada di sejumlah puskesmas atau RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. “Pengobatan gratis dan menjadi bagian dari program nasional. Data pasien juga tercatat secara sistematis untuk memudahkan pendampingan,” tambahnya.
Namun, stigma negatif masyarakat terhadap HIV/AIDS menjadi kendala besar dalam penanganan. Stigma ini membuat banyak pengidap enggan memeriksakan diri atau menjalani pengobatan dini. Padahal, deteksi dini sangat penting untuk menjaga ketahanan tubuh pengidap. Selain itu, kebijakan anggaran yang belum sepenuhnya fokus pada masalah ini juga menjadi tantangan. Aspan berharap pemerintah daerah dapat memberikan prioritas lebih besar dalam penanganan HIV/AIDS di masa depan.
Sebagai bagian dari upaya pencegahan, KPAD bersama Dinas Kesehatan Kobar rutin melakukan penyuluhan kepada pelajar, pelacakan kontak kasus, hingga pendampingan bagi pengidap HIV/AIDS. Momen Hari AIDS Sedunia (HAS) tahun 2024 yang mengusung tema “Take The Right Path” menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Kobar Achmad Rois menyampaikan bahwa tema HAS tahun ini menekankan pada kesetaraan hak dan kolaborasi dalam mengendalikan penyebaran HIV/AIDS. “Kita harus memastikan tidak ada diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS. Semua elemen masyarakat perlu bersinergi untuk menyelesaikan masalah ini bersama-sama,” ujar Rois.
Melalui kampanye berkelanjutan dan dukungan dari seluruh komponen masyarakat, diharapkan penularan HIV/AIDS di Kobar dapat terkendali. Dengan demikian, stigma terhadap pengidap dapat dihilangkan, dan penanganan kasus HIV/AIDS di wilayah ini bisa menjadi lebih efektif. (sam)