KUALA KURUN - Angka pengangguran di Kabupaten Gunung Mas (Gumas) terus mengalami penurunan. Tercatat tahun 2024, tingkat pengangguran terbuka kurang dari dua persen.
Berbagai upaya juga sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gumas untuk mengurangi angka pengangguran.
"Dalam mengatasi pengangguran, kami melakukan pendidikan dan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, serta melaksanakan program magang bermitra dengan pemberi kerja atau perusahaan, untuk ciptakan lapangan kerja baru," ucap Penjabat (Pj) Bupati Gumas Herson B Aden, Senin (13/01/2025).
Selain itu, lanjut dia, Pemda juga mendorong upaya peningkatan kewirausahaan masyarakat yang dapat dibantu dunia usaha atau Perusahaan Besar Swasta (PBS), melalui berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR).
"Kami telah meminta PBS untuk wajib menjalankan program pemberdayaan tenaga kerja lokal, berupa memprioritaskan masyarakat lokal untuk bekerja di perusahaan," ujarnya.
Dia mengatakan, penurunan angka pengangguran merupakan gambaran keberhasilan pembangunan, yang berdampak positif untuk peningkatan taraf hidup masyarakat.
Apabila pengangguran mampu ditekan, maka program pembangunan akan dinilai berhasil.
"Upaya penurunan pengangguran harus dilakukan bersama-sama. Tidak hanya oleh pemerintah saja, tetapi juga perlu peran dari seluruh masyarakat," terangnya.
Kedepan, lanjut dia, Pemda akan mengakomodir generasi muda yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Dengan pemberian beasiswa bagi yang kurang mampu.
Upaya ini sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2013 tentang Wajib Belajar 12 Tahun.
"Dengan upaya itu, kami berharap akan mampu menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan berkualitas, sehingga tidak menjadi generasi muda pengangguran," jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Gumas Aprianto mengakui, cukup banyak anak yang putus sekolah. Partisipasi dari anak yang melanjutkan pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD) ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) rata-rata berkurang 20 persen.
"Ketika anak lulus SD, maka peluang melanjutkan ke jenjang SMP itu akan berkurang. Hal itu disebabkan terkendala jarak sekolah yang jauh dari desa, dan faktor ekonomi dari keluarga anak," katanya.
Untuk kendala jarak, tambah dia, akan ada upaya perbaikan infrastruktur jalan sehingga jarak tidak menjadi permasalahan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Sedangkan faktor ekonomi, harus ada usaha untuk tingkatkan perekonomian keluarga.
"Kami juga akan terus menggaungkan ke seluruh sekolah, guru, dan orang tua agar mengajak anak melanjutkan pendidikan untuk tingkatkan kualitas hidup dan menekan angka pengangguran," pungkasnya. (arm/fm)