KUALA KURUN – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Gunung Mas, Tuah, mengimbau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunung Mas untuk segera mengambil langkah konkret dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi bonus demografi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2045.
"Kami ingin generasi muda dibekali bukan hanya dengan pendidikan formal, tetapi juga keterampilan teknis, literasi digital, jiwa kewirausahaan, dan pembentukan karakter unggul agar mampu bersaing di tingkat nasional maupun global," ujar Tuah, Selasa (2/9).
Menurutnya, bonus demografi merupakan momentum langka yang tidak akan terulang. Jika tidak dikelola dengan baik, potensi tersebut justru bisa menimbulkan masalah serius, seperti meningkatnya pengangguran dan rendahnya daya saing tenaga kerja.
"Bonus demografi bisa menjadi kekuatan besar untuk mendorong kemajuan daerah. Namun, tanpa persiapan yang matang, hal itu justru berpotensi menjadi bencana," tegasnya.
Tuah mendorong Pemkab Gunung Mas untuk memperkuat sektor pendidikan, kesehatan, olahraga, dan pelatihan keterampilan. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan dunia usaha dan industri dalam mempersiapkan generasi muda agar siap masuk ke pasar kerja atau bahkan menjadi pelaku usaha.
"Kami berharap pemerintah daerah menyusun strategi yang matang, agar generasi muda tidak hanya siap menghadapi 2045, tetapi juga menjadi motor penggerak pembangunan menuju Indonesia Emas," tambahnya.
Politikus Partai Golongan Karya (Golkar) ini juga mengajak generasi muda di Bumi Habangkalan Penyang Karuhei Tatau untuk adaptif terhadap perkembangan teknologi dan menjadi pribadi yang kreatif serta inovatif di era digital.
"Penguasaan teknologi informasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Tanpa itu, generasi muda akan tertinggal, kesulitan mengakses informasi, kurang produktif, dan kehilangan daya saing di tingkat global," jelasnya.
Tuah menambahkan, bonus demografi merupakan peluang emas yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Ia berharap pemerintah dan masyarakat dapat bersinergi agar generasi muda tidak hanya menjadi penonton, melainkan pelaku utama dalam pembangunan nasional pada 2045. (arm/yit)