SAMPIT – Lebih dari sembilan jam Kota Sampit disaput kabut asap pekat nan berbahaya, Rabu (21/10) kemarin. Sejak pagi, jarak pandang kian pendek. Warna jingga memenuhi angkasa. Meski Badan Lingkungan Hidup belum memastikan tingkat indeks standar pencemaran udara kemarin, namun bisa dipastikan itu adalah yang terparah sejak dua bulan terakhir.
Dampaknya bisa ditebak. Warga bertumbangan. Puluhan orang Kota Sampit dilarikan ke RSUD Dr Murjani karena sesak napas. Ruang UGD didominasi pasien korban kabut asap.
Pengakuan petugas UGD, sejak malam hari sampai siang pukul 11.30, kemarin (21/10), jumlah pasien yang datang lebih dari 50 orang. Angka tersebut terus bertambah mengingat paparan asap masih sangat pekat.
Sebagian besar korban asap ini adalah pelajar. Mereka mengalami sesak napas, bahkan pingsan saat sekolah. Seperti yang dialami siswi SMA Negeri 1 Sampit Siti Setiasih. Berdasarkan keterangan teman sekelasnya, Siti mengalami pusing, dan mengeluh sakit dada. Tak lama kemudian, Siti pun ambruk dan langsung dibawa ke unit kesehatan sekolah.
Saat itu SMP dan SMA memang belum diliburkan. Dinas Pendidikan hanya meliburkan TK dan SD. Sementara SMP dan SMA hanya diberlakukan penundaan jam masuk.
Namun melihat kondisi pada hari itu, pemerintah pun langsung mengambil kebijakan darurat. Seluruh sekolah diliburkan sampai 24 Oktober nanti.
”Bersama Kementerian Agama, dan berkonsultasi dengan Bupati Kotim, akhirnya kami mulai hari ini kami sudah meliburkan semua sekolah. Mungkin Senin (26/10) kami akan evaluasi lagi,” kata Kepala Disdik Kotim Suparmadi.
Tak hanya pelajar dari SMA Negeri 1 Sampit yang menjadi korban. Beberapa pelajar dari sekolah lain seperti SMK Negeri 3 dan SMA Negeri 4 juga dilarikan ke rumah sakit dengan keluhan yang sama. Bahkan, beberapa orang dewasa pun juga turut mengalami sesak napas dan dirawat di UGD.
Pun demikian dengan pelajar dari sekolah swasta di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS). Sejumlah siswi harus mendapatkan perawatan di puskesmas karena mendadak pingsan.
”Tadi pas di sekolah langsung pingsan dan secapatnya kami larikan ke puskemas. Masih ada siswa yang tertinggal di sekolah dalam kondisi pingsan juga,” kata Raisha, guru disekolah tersebut kepada Radar Sampit.
Kondisi sama yang terjadi di SMP Kristen Sampit. Sejumlah siswa bertumbangan ketika proses belajar mengajar berlangsung. ”Tetapi tidak sampai ke rumah sakit, UKS saja yang menangani. Dan langsung kita pulangkan siswa yang hadir, takut terjadi apa-apa lagi,” ujar Trisia, guru di sekolah itu.
Tak hanya siswa, sopir pribadi Kajari Sampit Nanang Ibrahim Soleh, Rudy, tumbang akibat pekatnya kabut asap. Pria itu pingsan ketika memasuki kantor Adhyaksa di Jalan A Yani Sampit.
”Saat itu saya ngantar Bapak (Kajari) ke rujab (Bupati Kotim). Awalnya biasa saja. Setelah kembali lagi ke kantor, mulai pusing sudah,” ungkap Rudy saat dibincangi di UGD RSUD Dr Murjani Sampit.
Setelah pusing, dia mencari tempat beristirahat. Namun dadanya mulai sesak, dan membuatnya tumbang. Sejumlah pegawai Kejari Sampit menolongnya. Di rumah sakit, Rudy ditolong dengan oksigen. Setengah jam, kondisinya membaik.
Kondisi asap yang terjadi kemarin, memang dirasa sangat parah. Secara kasat mata, kemungkinan tingkat ISPU sudah lebih dari kategori berbahaya.
Sebagian warga mulai mengungsikan anak-anaknya ke wilayah yang dinilai lebih aman dari gangguan asap. Seperti ke wilayah Desa Ujung Pandaran, yang dirasa tak tersentuh asap karena dekat laut.
”Untuk sementara anak-anak saya bawa ke Ujung Pandaran dahulu, mengungsi dari asap yang semakin menyiksa,” kata Dedi, warga yang memilih mengungsi.
”Asap yang parah hari ini terjadi karena tingginya kebakaran pada hari sebelumnya. Terutama dari arah selatan dibawa angin laut. Angin bertiup dari arah tenggara hingga selatan dengan kecepatan 5-14 km/jam,” jelas Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bandara H Asan Sampit Yulida Warni. (co/ang/oes/dwi)