SAMPIT – Pekatnya kabut asap yang terjadi kemarin (26/10) membuat beberapa siswa di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al-Madaniyah Samuda sesak napas. Bahkan ada yang pingsan. Setidaknya tujuh siswa SMP terpaksa dipulangkan, sementara dua siswa SMA pingsan, karena tidak kuat menahan pekatnya kabut asap.
”Memang kalau di SMP ada yang sakit dan ada yang dipulangkan, serta kami antar ke puskesmas juga,” kata Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan SMP IT Al-Madaniyah Siti Purwati, Senin (26/10).
Menurut Siti, meski ada beberapa siswa SMP yang sesak napas, namun proses belajar mengajar tetap berjalan dengan baik dan baru dipulangkan pukul 13.00 WIB. Bahkan, yayasan tetap membuat aturan proses belajar mengajar tetap berjalan seperti biasanya, namun jam masuk sekolah diundur pukul 08.00 WIB. Padahal sesuai instruksi Kemenag Kotim, untuk semua tingkatan sekolah dilburkan mulai dari tanggal 26 hingga 31 Oktober nanti.
”Biar tidak libur, tetapi kami fleksibel, kalau ada yang mempunyai riwayat penyakit asma bisa izin. Kalau kabut asap pekat kami juga siap meliburkan,” ujarnya.
Sementara Pelaksana Harian (Plh) Bupati Kotim Putu Sudarsana mengungkapkan saat ini pihaknya telah menambah tiga rumah singgah oksigen. Sebelumnya hanya ada di Puskesmas Baamang Unit II, saat ini ada juga di Kantor Kecamatan Baamang, Ketapang, dan Gedung Wanita. Terkait sarana prasarana, seperti tabung oksigen dan penyaring udara, Putu menyebut akan ada bantuan dari Kementerian Kesehatan yang saat ini telah tiba di provinsi.
”Permasalahan tabung oksigen dan penyaring udara, nanti akan kami sediakan menunggu bantuan dari Kemenkes. Kami tunggu kabar dari provinsi dulu,” ujarnya.
Dandim 1015 Sampit yang juga Komandan Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Letkol Kav Enda Mora Harahap mengungkapkan saat ini pemadaman api yang dilakukan melalui jalur darat sangat sulit dilakukan. Pasalnya, jaraknya jauh dan sangat sulit dijangkau oleh petugas damkar. Saat ini, kebakaran lahan yang terjadi kebanyakan berada di Kecamatan Teluk Sampit dan Pulau Hanaut.
”Karena lahan gambut, kedalaman kebakarannya juga semakin meningkat sampai 10 meter dan jaraknya jauh. Kami di lapangan kewalahan memadamkan melalui darat kewalahan, kalau di udara terhalang jarak pandang,” ucapnya
Dijelaskan Enda luas lahan gambut di Kotim sebanyak 361.835 hektare, sementara yang terbakar mencapai 3.532 hektare dan berhasil dipadamkan oleh tim satgas penanggulangan kebakaran hutan dan lahan sebanyak 1.300 hektare. Tak dimungkiri, sedikitnya kebakaran yang berhasil dipadamkan bukan tanpa kendala, selain jaraknya yang jauh, sarana dan prasarana yang dimiliki petugas juga sangat minim.
Terkait dengan permintaan Kementerian Sosial (Kemensos) mengenai persiapan evakuasi warga dengan melihat kepekatan kabut asap, diakui Enda pihaknya telah menindaklanjuti permasalahan tersebut. Setidaknya sudah ada tiga pelabuhan yang akan dipersiapkan untuk evakuasi, yakni Pelabuhan Mentaya, Pelabuhan Bagendang, dan Sigintung.
”Saat ini kita hanya bisa berharap dengan hujan saja, karena memang segala upaya yang kita lakukan melalui darat dan udara selalu ada kendala,” ujarnya.
Berdasarkan data Dinkes Kotim, jumlah kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Kotim mengalami peningkatan menjadi 652 kasus, dibanding sebelumnya yang hanya 607 kasus. Dibandingkan tahun lalu, jumlah kasus ISPA di Kotim mengalami peningkatan yang signifikan. Dimana hingga Oktober sudah ada sekitar 19.796 kasus.
”Berdasarkan laporan yang kami terima kasus kematian bayi di Cempaga bukan dikarenakan ISPA, tetapi diare berat,” ujarnya.
Pantauan koran ini, kabut asap masih terus menyelimuti Kota Sampit. Data BMKG Bandara H Asan Sampit menyebut jarak pandang pukul 07.00 WIB hanya mencapain 300 meter dan tertinggi hanya 900 meter. Pantauan satelit NOAA, titik api di Kotim nihil alias tidak terdeteksi. (tha/dwi)