KUMAI – Air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Arut Unit Kecamatan Kumai benar-benar kering. Satu-satunya pilihan PDAM adalah menggunakan air asin untuk memasok pelanggan.
Sejumlah pelanggan PDAM memahami masalah ini lantaran faktor alam, namun sebagian lainnya tidak peduli karena tagihan jalan terus. ”Kita minta PDAM memberikan kompensasi air tawar, bagaimanapun harus dipikirkan oleh PDAM,” tuntut warga.
Menyikapi keluhan warga Kumai, Direktur PDAM Tirta Arut Sapriansyah mengatakan, apa yang dituntut warga tidak salah, pihaknya memohon maaf kepada pelanggan yang ada di Kecamatan Kumai, tetapi diakui saat ini pihaknya terkendala kondisi alam. Air baku yang biasanya digunakan kini kering sehingga tidak ada pilihan lagi.
Pihaknya juga sudah melakukan upaya dari mulai pengerukan di areal lokasi air baku tetapi tetap saja tidak bertahan lama. ”Sempat bertahan satu bulan lebih setelah dikeruk, tapi kini kering lagi karena memang belum ada hujan,” jelas Sapriansyah.
Dalam hal ini pihaknya mengaku bukan berarti diam, beberapa upaya telah dilakukan diantaranya adalah pembangunan jaringan pipa dari Bungur Kelurahan Baru menuju Kumai yang saat ini sedang berproses.
Solusi jangka pendek untuk memperoleh air tawar, warga Kumai diperbolehkan mengambil air di PDAM Pangkalan Bun tetapi secara berkelompok dengan membawa mobil yang disiapkan warga sendiri, karena armada PDAM sekarang ini hanya satu unit dan tidak mampu melayani semua.
”Kami persilahkan mengambil gratis tetapi secara berkelompok tidak perorangan,” tegasnya.
Kemudian solusi jangka panjangnya, lanjut Sapri, pelanggan di Kumai tidak akan lagi kekurangan air bersih ketika jaringan pipa dari Bungur ke Kumai sudah selesai. Ia memprediksi jaringan sudah operasi melayani masyarakat awal tahun 2016, sehingga tetap ada air bersih saat kemarau.
Tersendatnya pasokan air juga dialami pelanggan PDAM di Kotawaringin Lama (Kolam). ”Sudah seminggu tidak menggalir. Terakhir Selasa (20/10) malam,” ucap Oncel, pelanggan PDAM di Kelurahan Kohul, Rabu (28/10). Hal yang sama juga diakui Hermansyah, Basuki Ramijo, dan Samirah.
”Di sini sudah seminggu airnya ngadat, dan pihak PDAM tahu kalau jalur ini ada persoalan distribusi airnya, tetapi perbaikan pipa hanya di muara jalan saja,” keluh H. Basuki.
Nurhayati pelanggan lainnya juga mengaku heran dengan distribusi air. Lingkungannya terkesan dianaktirikan, sementara tempat mengalir lancar. ”Di sini meski mengalir airnya tidak deras dan sekarang sudah seminggu tidak mengalir sama sekali,” ujarnya ketus.
Selama ini Nurhayati tidak mempermasalahkan tidak lancarnya distribusi air ke rumahnya karena ada air sumur. Tetapi di saat kemarau, air PDAM sangat diharapkan. ”Kami selalu memenuhi kewajiban kami membayar rekening setiap bulan. Kalau telat langsung didenda. Artinya kami mempunyai hak yang sama dengan pelanggan yang lain, jangan diskriminasi seperti ini. Untuk apa jadi pelanggan kalau tidak mengharapkan air,” tandasnya dengan lugas.
Sementara itu Mara, selaku Kepala SDN 1 Kohul yang jalur airnya dari jalan Ratu Radiah mengaku pasokan air ke sekolahnya lancar, namun tidak bermasalah air PDAM di sekolah yang dipimpinnya. Pihak PDAM beberapa waktu yang lalu telah menganti pipa yang lama ukuran 1 inchi dengan pipa yang baru ukuran 2 inchi.
Dihubungi terpisah, Kepala Unit PDAM Kolam Marjuki membenarkan distribusi air ke pelanggan di Jalan Ratu Radiah dan Padat Karya tidak lancar karena seringnya PLN padam.
“Kami mohon maaf atas ketidak nyamanan pelanggan, dalam waktu segera akan kita carikan solusi. Masalah penambahan pipa memang hanya sebatas SD karena pipa yang ada hanya segitu dan selanjutnya akan kita usulkan pada anggaran tahun 2016,” jelasnya, kemarin. (gst/sam/yit)