SAMPIT - Warga di Kompleks Pasar Mangkikit yang terancam digusur terus berupaya mencari keadilan. Mereka mendesak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kotawaringin Timur untuk turun tangan menyelesaikan permasalahan ini.
”Pada intinya kami keberatan bila digusur walau diganti kios. Kami juga berharap agar ini (penggusuran) bisa dibatalkan,” ujar warga komplek Pasar Mangkikit, Senin (2/11).
Warga yang terancam tergusur tersebut mengaku takut untuk berbicara, termasuk kepada media massa. Oleh karenanya, mereka berharap ada pihak yang dapat memfasilitasi dan menyelesaikan permasalahan mereka itu.
Terpisah, Anggota Komisi II DPRD Kotim Hari Rahmad Panca Setia mengatakan, dirinya sudah mengusulkan agar dinas terkait dipanggil untuk mengetahui duduk permasalahan ini.
”Saya sudah laporkan ini ke ketua komisi,” kata Hari dengan singkat.
Sebelumnya, Hari mensinyalir ada unsur persekongkolan antara instansi teknis dan kontraktor dalam proyek ini. Hari mencetuskan akan memanggil dinas untuk mempertanyakan kejelasan dari rencana penggusuran itu.
Sementara itu, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kotim, melalui Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan Ketertiban dan Keamanan Pasar Zulhaidir tak menanggapi lebih lanjut ketika ditanyakan terkait akan hal itu. Zulhaidir terkesan menghindar, dan mengaku telah menyerahkan permasalahan itu ke atasannnya.
”Maaf tanyakan sekretaris disperindagsar saja. Sesudah rapat kemarin saya tidak mengikuti perkembangannya karena ada kesibukan lain,” katanya melalui pesan singkat.
Sekadar untuk diketahui, rencana penggusuran rumah tujuh kepala keluarga dekat dengan proyek Pasar Mangkikit telah terjadi pada pekan lalu. Kontraktor berencana menambah luas bangunan pasar. Padahal pembangunan dinyatakan sudah melalui tahap perancangan. Warga mempertanyakan mengapa perluasan dilakukan belakangan. Ini memicu dugaan ada ”permainan” untuk memperoleh keuntungan di belakang yang mengorbankan warga.
Warga juga mengaku keberatan untuk digusur. Apalagi ganti rugi yang diiming-imingkan kepada mereka tidak jelas, dan berpotensi menimbulkan kerugian bagi mereka.
”Rumah itu tempat tinggal kami, tempat kami beristirahat. Masa kami disuruh tidur di kios atau lapak,” tandas warga yang terancam digusur. (oes/yit)