SAMPIT – Petugas gabungan dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) bersama Satuan Polisi Pamong Praja Kotawaringin Timur (Kotim) melakukan razia dadakan. Sebelas anak jalanan (anjal) berdandan punk yang diduga sedang pesta minuman keras dan lima gelandangan pengemis (gepeng) ditangkap dan diberi pengarahan.
Kepala Dinsosnakertrans Kotim Bima Ekawardhana mengatakan, razia itu dilakukan untuk menyikapi keresahan masyarakat Kota Sampit dengan keberadaan anjal dan gepeng. Sebab, masyarakat banyak yang resah dan terus mengeluhkan kemunculan mereka.
”Ini menyikapi laporan masyarakat. Apalagi banyak dari mereka ada yang mengemis dengan setengah memaksa. Ini sangat menggangu kenyamanan kota,” kata Bima, Kamis (5/11).
Saat ditangkap, sebelas anak jalanan berdandan ala anak punk itu berkumpul di hutan kota. Mereka kedapatan sedang pesta minuman keras, karena ditemukan sebotol minuman beralkohol. Lima orang gepeng ditangkap saat mengemis di beberapa pasar tradisional, seperti di Pasar Mangkikit, Pusat Perbelanjaan Mentaya, dan Pasar Keramat.
Salah seorang di antaranya bahkan kedapatan mengemis dengan modus lama, yakni mengatasnamakan panitia pembangunan rumah ibadah dengan membawa kotak amal. Bima mengingatkan masyarakat agar tak memberi uang kepada anak jalanan dan gepeng. Hal itu sebagai efek jera, sehingga mereka tak menggangu ketertiban umum lagi.
”Jangan manjakan mereka dengan memberi uang. Jika ingin bersedekah, bersedekahlah kepada lembaga atau yayasan amal yang resmi dan jelas. Ini juga agar mereka tidak terus bertambah,” ujarnya.
Selama ini, meski sering dilakukan razia dan penangkapan, para gepeng dan anjal terkesan tak pernah jera. Mereka tertangkap setelah itu dilepas akan melakukan hal yang sama lagi. Bahkan, jumlahnya justru semakin bertambah.
Menurut Bima, permasalahannya di Kotim tak memiliki rumah singgah untuk merehabilitasi para anjal dan gepeng ini. Pihaknya pun telah berupaya menekan jumlah mereka dengan memulangkannya ke daerah asalnya. Akan tetapi, hal itu tak berlangsung lama, pelaku baru justru berdatangan kembali dan semakin tak terkendali.
Keberadaan ini diakui meresahkan masyarakat. Apalagi bagi mereka yang memiliki dandanan yang dinilai aneh, membuat takut sebagian warga. ”Sangat mengganggu sekali, mereka ada yang ngamen dan meminta-minta. Bahkan banyak juga yang minta-minta dalam kondisi mabuk, tentunya ini bisa membahayakan, ” keluh Ojan, warga Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. (oes/ign)