KUALA PEMBUANG – Setelah hampir 24 jam berada di laut lepas perairan Seruyan, Nakhoda Kapal Layar Motor (KLM) Karya Bersama Hairudin dan Saprul Gunawan, anak buah kapal (ABK), berhasil selamat dari maut. Keduanya berjuang mati-matian agar tetap hidup.
Keberuntungan masih berpihak pada mereka, meski harus berenang menempuh jarak 8 mil untuk mendapatkan bantuan. Selain itu, badan mereka sudah mulai digigit ikat laut dan ubur-ubur.
Saprul yang juga anak kandung Hairudin ini menuturkan, peristiwa itu membuatnya trauma. Dia baru pertama kali itu berlayar mengikuti jejak sang ayah. KLM Karya Bersama tenggelam sekitar 8 mil dari bibir pantai Perairan Seruyan, Sabtu (15/7) lalu. Namun, mereka sempat terseret ombak.
”Cuaca saat itu sangat ekstrim. Kami hanya berusaha mengikuti ombak saja,” ujarnya ketika dibincangi Radar Sampit di RSUD Kuala Pembuang, Senin (17/7).
Sesaat sebelum tenggelam, Saprul menuturkan, mereka sudah memprediksi kapal itu akan karam. Bahkan, sempat membuat rakit untuk dijadikan pelampung. Namun, baru selesai satu rakit, KLM Karya Bersama keburu tenggelam.
”Satu rakit hanya mampu menampung dua orang, sehingga saya dan ayah saya terpaksa mengapung menggunakan pelampung di kapal tersebut,” ujarnya.
Pristiwa tersebut terjadi sejak pagi. Mereka yang berjumlah empat orang tersebut, memutuskan terus bersama menggunakan tali pengikat agar tidak terpisah, sembari menunggu bantuan atau perahu nelayan lewat.
Namun, hingga malam hari bantuan tak kunjung tiba. Di sisi lain, gelapnya malam membuat mereka bisa melihat cahaya lampu yang jaraknya sekitar 8 mil.
”Saya dan ayah saya memutuskan berenang mendatangi cahaya itu, sedangkan dua lainnya, Arfa dan Hasan Basri, bertahan di atas rakit yang dibuat karena kelelahan,” ujarnya.
Saat memutuskan berenang menuju cahaya tersebut, ayahnya sudah kelelahan. Bahkan, sempat putus asa dan memintanya melanjutkan menuju arah cahaya itu sendirian. Namun, Saprul yang merupakan atlet lempar lembing ini terus mendorong sang ayah. Usahanya tak sia-sia. Pukul 09.15 WIB, mereka berhasil mendatangi arah lampu yang ternyata berasal dari kapal cumi tersebut.
”Kami berdua terus berenang karena ingin selamat dan terus berusaha sekuat tenaga walaupun badan kami mulai dikerumuni ubur-ubur dan ikan-ikan kecil,” ujarnya.
Mereka sempat mengamankan satu dus mie instan yang dibawa Arfa dan Hasan Basri di atas rakit. ”Mudah-mudahan kawan kami berdua bisa selamat dan segera ditemukan,” ujarnya.
Sementara itu, Kapolres Seruyan AKBP Nandang Mu’min Wijaya mengatakan, kondisi cuaca tidak bersahabat. Bahkan, tim gabungan tak berkutik karena ketinggian gelombang mencapai 2,5 – 3 meter pada Minggu (16/7) malam, ketika pihaknya ingin mengevakuasi korban yang sudah dibawa kapal.
Baru pada Senin (17/7) pagi, evakuasi dilakukan dan Hairudin dan Saprul berhasil dibawa ke Kuala Pembuang. ”Kami sebenarnya malam kemarin ingin evakuasi, bahkan speed kita dua kali bolak-balik karena cuaca sangat ekstrim,” ujarnya.
Dia menambahkan, tim gabungan terus berupaya mencari keberadaan dua awak kapal yang belum ditemukan. Dia sudah berkoordinasi dengan sejumlah Polres di Kalteng yang mempunyai wilayah laut untuk membantu proses pencarian. (hen/ign)