SAMPIT – Balai Konservasi Sumber Daya Alam tak lagi menerima laporan gangguan satwa liar dari warga. Memasuki musim penghujan ini, sejumlah satwa liar yang sebelumnya sempat mendekati permukiman warga kembali ke semak.
Komandan Pos Jaga BKSDA Sampit Muriansyah meyakini, kawasan hutan yang dekat dengan kota sudah habis akibat kebakaran lahan beberapa waktu lalu. Karena itu, tak ada pilihan lain bagi satwa liar. Mereka terpaksa bersarang di semak belukar, menjauhi permukiman warga.
”Dari hasil pengamatan kami, satwa tidak masuk ke hutan. Sebab hutannya sudah hampir tidak ada, yang ada hanya semak belukar dan perkebunan milik perusahaan atau warga,” ungkapnya, Jumat (13/11).
Menurut Muri, saat musim hujan, kolam atau lubang di semak belukar kembali terisi air. Hal itu membuat satwa liar semakin mudah mencari minum. Kendati demikian, warga, terutama yang beraktivitas di kebun, diminta tetap waspada. BKSDA juga meminta apabila warga bertemu satwa agar tak membunuh atau menyakiti.
”Warga tetap waspada saat berada di kebun, karena bukan tak mungkin masih banyak satwa yang mencari makan ke kebun milik warga atau perusahaan,” imbau Muri.
Sejak musim kekeringan berakhir, BKSDA tak pernah lagi mendapatkan laporan kemunculan satwa yang mendekati pemukiman warga. Padahal selama musim kekeringan lalu, dilaporkan banyak gangguan satwa liar oleh warga. Bahkan, BKSDA telah berhasil menangkap dua ekor orangutan dan membawanya ke Suaka Margaswata Lamandau di Kotawaringin Barat.
Kebakaran lahan yang melanda Kotawaringin Timur (Kotim) beberapa waktu lalu, membuat banyak hutan terbakar. Akibatnya, habitat satwa dilindungi seperti orangutan dan beruang madu menjadi rusak. Orangutan menyelamatkan diri ke hutan dan semak yang tersisa. Termasuk juga ke sekitar semak yang berdekatan dengan pemukiman penduduk.
BKSDA mengimbau masyarakat untuk melaporkan jika ada melihat orangutan dan satwa dilindungi lainnya. Tim penyelamat akan menangkap dan mengevakuasi satwa dengan cara yang benar, guna menyelamatkan dari kepunahan. (oes/ign)