KASONGAN - Pembagian jatah hidup listrik menuai protes dari masyarakat di Desa Hampalit. Selama tujuh hari berturut-turut, masyarakat mengaku tidak mendapat jatah hidup listrik. Padahal, di Kasongan rutin mendapat jatah listrik selama 10 hingga 12 jam per hari.
"Sejak hari pertama sampai saat ini (15/11) kalau tidak salah cuma hidup tiga sampai empat kali selama dua jam. Itupun tidak setiap hari, padahal di Kasongan setiap hari kebagian jadwal hidup listrik," ujar Suriasi (45), warga Jalan Pelita II Hampalit, Sabtu (15/11).
Akibatnya, semua warga harus memenuhi kebutuhan listrik masing-masing dengan genset. "Jaringan PDAM tidak ada. Harga air galon juga naik Rp 2 ribu, padahal sebelumnya Rp5 ribu per galon ukuran 19 liter. Alasannya untuk bayar minyak mesin genset," sebutnya.
Demi memenuhi kebutuhan listrik selama ini, Suriasi terpaksa mengandalkan mesin genset untuk keperluan memompa air dan sebagainnya. Bahkan, akhir-akhir ini BBM jenis bensin di tingkat eceran sulit didapat. Kalaupun ada, harganya naik.
"Tidak sedikit pengecer yang memesan dari Sampit dan Palangka Raya, karena di sini bensin mulai sulit dicari. Karena harganya berbeda-beda mulai Rp9 ribu sampai Rp11 ribu per liter," ungkap ibu tiga anak ini.
Dirinya beserta warga lain merasa dianaktirikan, padahal masyarakat sekaligus pelanggan PLN yang juga mempunyai hak sama mendapatkan jatah dari jadwaly ang diberlakukan pihak PLN.
"Kasihan kami masyarakat kecil seperti ini, yang harus hidup seminggu lebih tanpa listrik. Kejelasan kapan listrik akan kembali normal juga belum mendapat kepastian, sehingga warga terpaksa mengeluarkan uang berlebih untuk keperluan genset," tutupnya.
Sementara itu, salah satu warga Kelurahan Kasongan Baru Murjani mengatakan, penerapan jadwal hidup listrik hanya berjalan selama lima hari terakhir dengan masa hidup antara 10 sampai 12 jam per hari. "Alhamdulillah listrik di Kasongan sudah hidup cukup lama sejak lima hari terakhir, sehingga biaya BBM genset tidak memakan banyak uang," pungkasnya. (agg/yit)