KUALA PEMBUANG - Bandar Udara (Bandara) Kuala Pembuang menggelar partial exercise atau latihan parsial simulasi kecelakaan pesawat, Rabu (18/11). Kegiatan tersebut untuk menambah kemampuan personel bandara dalam menghadapi sesuatu yang tidak diinginkan.
Kepala Bandara Kuala Pembuang Harianto mengatakan, kegiatan ini untuk melatih kesiapsiagaan staf bandara saat terjadi kecelakaan pesawat. Selain itu, latihan ini juga merupakan program dari Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang dilaksanakan oleh Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas III Kuala Pembuang. ”Ini sudah dua kali kita lakukan dan pada 2016 nanti akan kita laksanakan kembali," ujarnya.
Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah instansi lintas sektoral. Sedangkan yang mengikuti kegiatan simulasi itu adalah sejumlah staf Bandara Kuala Pembuang yang terbagi dalam beberapa seksi dan sejumlah anggota TNI sebagai tim pengaman.
Skenario yang dijalankan adalah pesawat jenis Twin Otter DHC-6/300 milik maskapai penerbangan Tingang Air dengan kode terbang PK-NEO terbang dari Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya menuju Bandara Kuala Pembuang, dengan perkiraan waktu terbang kurang lebih 45 menit. Pesawat yang membawa 18 penumpang dan tiga awak kabin itu melakukan kontak radio kepada petugas Aerodrome Flight Information Service (AFIS) Bandara Kuala Pembuang dengan posisi 54 NM dari destinasi, telah turun dari ketinggian 8000 feet menuju 3000 feet, POB 21 orang dan estimasi waktu kedatangan (ETA) pukul 09.45 WIB.
Saat itu, cuaca di Bandara Kuala Pembuang dengan kondisi angin (wind) 130 derajat per 15 knot, visibility 7 kilometer, kondisi awan SCT 1200 feet (ft), cauca (weather) NIL dan Negatif Traffic. Setelah itu, petugas AFIS menyarankan untuk melakukan panggilan kembali pada posisi 5' out. ”Petugas AFIS menyalakan sirene tanda pesawat telah melakukan kontak pertama,” ujarnya.
Sekitar pukul 09.33 WIB (12 menit sebelum ETA), Tingang Air melakukan panggilan darurat bahwa telah terjadi kegagalan mesin nomor 1 sebelah kiri sayap pesawat yang menyebabkan mesin mati, berasap dan baling-baling berhenti. ”Yang pasti semuanya tentang kondisi gawat darurat dan bagaimana pengamanannya dan mudah-mudahan pengetahuan petugas kita lebih luas lagi,” ujarnya. (hen)