SAMPIT – Dalam beberapa hari terakhir, warga Kota Sampit kerap mengeluhkan anehnya sistem pembayaran rekening listrik. Warga semakin banyak yang kecewa dengan pelayanan PLN.
”Ya, saya juga mengalami seperti itu sudah bayar iuran dan tunggakannya, tapi tetap didatangi ke rumah. Bahkan diberikan surat peringatan dan diancam pemutusan,” kata Erni, warga Kecamatan Baamang, Minggu (13/9).
Sebelumnya, Yudi MN, warga Jl Respend KM 8, juga mengeluhkan hal yang sama saat bertandang ke Kantor Radar Sampit. Dirinya terpaksa harus membayar ulang tagihan listrik kediamannya untuk dua bulan (Juni-Juli). Padahal, dia sudah membayar tagihan listrik tersebut.
“Saya juga bingung. Mereka (petugas PLN, Red) Rabu sore datang ke rumah saya dan mengatakan tagihan listrik belum dibayar. Mereka juga mengancam akan memutus jaringan listrik saya,” kata Yudi, Jumat (11/9) lalu.
Yudi menuturkan, tagihan listrik untuk bulan Juni, Juli, dan Agustus sudah dibayar di loket pembayaran. Dia juga memperlihatkan struk pembayaran tagihan listrik di bulan Agustus.
”Saya sudah datang ke kantor PLN dan menjelaskan semuanya. Bahkan, struk pembayaran di bulan Agutus juga saya bawa. Namun, petugas tetap menyebut saya tidak pernah ada melakukan pembayaran untuk bulan Juni dan Juli,” ucapnya.
Diakuinya, PLN bersikukuh meminta bukti bulan Juni dan Juli sebagai bukti pembayaran. Hanya saja, Yudi tidak bisa memperlihatkan karena struk yang diminta sudah hilang.
”Saya lupa menyimpannya di mana, yang ada hanya struk pembayaran bulan Agustus. Tapi yang jadi pertanyaan saya tidak mungkin loket mengeluarkan struk pembayaran bulan Agustus, kalau saya tidak membayar tagihan bulan Juni dan Juli. Nah, inikan aneh. Gimana sistem mereka bekerja padahal kan sudah sistem komputer semua?” jelasnya.
Yudi juga melakukan kroscek ulang ke loket tempat biasanya melakukan pembayaran. Petugas loket membenarkan pembayaran yang dilakukannya. Namun, anehnya petugas loket tetap menyerahkan persoalan ini ke petugas PLN.
“Saya sepertinya diping-pong. Petugas loket sepertinya mau lepas tangan dan menyerahkan ke PLN, sementara PLN juga tidak mau tahu dan menganggap saya belum melakukan pembayaran,” ucapnya.
Dengan berat hati Yudi akhirnya kembali membayar tagihan listrik seperti yang disebutkan petugas PLN. ”Saya ini cuma masyarakat kecil. Manajemen PLN hendaknya membenahi sistem pembayaran, jangan sampai pelanggan-pelanggan lain jadi korban seperti saya,” katanya mengakhiri keluhannya.
Saat dikonfirmasi, Manajer PLN Ranting Sampit Ginter Theo Limin mengakui hal tersebut memang sering terjadi. Dia berdalih hal itu karena selisih waktu pembayaran dan data yang dipegang petugas.
”Itu mungkin saja terjadi. Sebab, data yang dibawa petugas berdasarkan data pagi hari atau sebelum pelanggan bayar,” dalihnya.
Jika itu terjadi, Ginter meminta pelanggan agar menunjukkan bukti pelunasan saat petugas menagih. Ginter belum bisa memberikan penjelasan lebih detail terkait berbagai sengkarut listrik di Kota Sampit saat ini. Namun dia meyakinkan, pelanggan tak perlu khawatir selama masih memiliki bukti pelunasan. (oes/ign)