SAMPIT – Masih pekatnya kabut asap yang menyelimuti Sampit dan sekitarnya, membuat aktivitas penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit lumpuh total, Rabu (16/9). Selain pesawat yang tak bisa mendarat, para penumpang yang berniat ke Sampit pun tak bisa pulang.
”Aduh, sudah dua hari ini penerbangan ke Sampit batal. Saya sekarang berada di Jakarta, kemarin (15/9) juga batal. Padahal, sudah menunggu lama karena sempat ditunda, ” kata Yulianto, calon penumpang, kepada Radar Sampit melalui blackberry messenger.
Branch Manager Kalstar Aviation Sampit Novallino mengatakan, pembatalan seluruh penerbangan membuat seluruh keberangkatan di Sampit maupun dari beberapa daerah kacau. ”Ya, hari ini penerbangannya batal total,” katanya.
Pihak maskapai sendiri mengaku belum mendata jumlah total seluruh kerugian yang dialami lebih dari sepekan ini. Namun, yang jelas, asap sudah menimbulkan banyak kerugian, baik moril maupun materiil.
Pantauan Radar Sampit, kabut asap memang sangat pekat sepanjang hari. Kondisinya hampir sama dengan hari sebelumnya, hanya saja jarak pandang sudah mulai jauh. Sehari sebelumnya jarak pandang kurang dari 10 meter.
Berdasarkan pantuan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara H Asan Sampit, cuaca Kota Sampit cerah berawan disertai asap, sementara jumlah titik panas di Kotim terdeteksi sebanyak 75 titik. Titik panas terbanyak terpantau di Kecamatan Teluk Sampit sebanyak 28 dan Mentaya Hilir Selatan sebanyak 22 titik.
”Kecamatan lain, seperti Kotabesi sebanyak 7 titik, Mentawa Baru Ketapang 1 titik, Mentaya Hilir Utara 8 titik, Pulau Hanaut 3 titik, Saranau 3 titik, dan Telawang 3 titik,” kata Yulida Warni, Kepala BMKG Bandara H Asan Sampit.
Lahan Terbakar
Sementara itu, total luasan hutan dan lahan yang terbakar di Kotim sudah mencapai sekitar di 300 hektare. Kebakaran dikhawatirkan akan terus meluas. Sebab, saat ini pemkab kesulitan memadamkan api yang membakar lahan.
”Sudah lima malam anggota kami berusaha memadamkan kebakaran lahan di sana. Hingga kini kebakaran belum bisa dipadamkan, makanya saya rencananya mau ke sana lagi membantu mereka,” kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kotim Sanggul Lumban Gaol, Rabu (16/9).
Hutan yang terbakar merupakan hutan monumental yang berada di Jalan Jenderal Sudirman kilometer 32. Kebakaran diduga berasal kebakaran lahan dari kawasan ruas jalan lingkar Utara yang terus meluas akibat keringnya bahan bakaran serta kencangnya tiupan angin.
Petugas kesulitan memadamkan api karena lokasinya sulit dijangkau. Selain itu, sumber air untuk memadamkan api juga sulit didapat karena kondisi sudah sangat kering. Tim gabungan sudah mengerahkan empat alat berat untuk memblokir api. Namun, upaya itu juga belum menunjukkan hasil maksimal karena api terus menjalar. Tiupan angin yang cukup kencang juga membuat kebakaran terus meluas dan makin sulit dikendalikan.
”Dari 607 hektare luas hutan monumental itu, sudah sekitar 300 hektare yang terbakar. Itu baru di kawasan hutan, belum lagi lahan di sekitar hutan yang juga telah terbakar. Di hutan itu ada hutan sekunder seluas 125 hektare yang di dalamnya banyak kayu (pohon) besar, itu yang harus diselamatkan karena untuk kebun raya kita nanti, ” katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotim Rukmana Priyatna, mengatakan, pihaknya meminta perusahaan perkebunan untuk membantu memadamkan kebakaran lahan. Semua peralatan pemadam kebakaran milik perusahaan diharapkan bisa dimaksimalkan membantu memadamkan api.
”Perusahaan memiliki peralatan pemadam kebakaran, alat berat dan banyak karyawan. Kami minta mereka juga membantu penanggulangan kebakaran lahan ini agar tidak terus meluas,” harap Rukmana.
Tak hanya di kawasan hutan, tim gabungan juga terus memadamkan kebakaran lahan yang masih terjadi di sejumlah lokasi di Sampit. Untuk di kawasan hutan, pemerintah meminta bantuan dari kelompok Manggala Agni, Tim Serbu Api dan Balakar untuk memadamkan kebakaran lahan. (oes/ign)