PANGKALAN BUN – Pandemi Covid-19 yang kian mengganas dalam beberapa hari membuang tenaga kesehatan bertumbangan. Jumlah pasien yang terus melonjak, tak seimbang dengan tenaga kesehatan yang ada. Sebagian tenaga kesehatan maupun relawan ikut terjangkit.
Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 terus bertambah. Virus itu juga menginfeksi puluhan perawat dan sukarelawan. Bahkan, sembilan dokter dinyatakan positif Covid-19.
Bertambahnya jumlah tenaga kesehatan yang positif Covid-19 membuat RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun krisis tenaga. Wakil Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun Hardino mengatakan, sampai 12 Juli 2021, jumlah nakes yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 61 orang atau 10 persen dari tenaga kesehatan yang ada.
Dari 61 nakes tersebut, ada yang menjalani isolasi di RSUD karena mengalami gejala dan sebagian isolasi mandiri. Keberadaan mereka selalu dikontrol, sama seperti pasien lain.
”Nakes kami banyak yang tumbang. Bukan karena mereka tidak menjalankan protokol kesehatan, melainkan mereka kelelahan. Sebab, sejak Juni jumlah pasien positif Covid-19 di rumah sakit mengalami peningkatan signifikan. Hampir tiap hari ada yang masuk,” kata Hardino, Kamis (15/7).
Bahkan, lanjutnya, ada sembilan dokter yang terkonfirmasi positif Covid-19, yakni tujuh dokter umum dan dua dokter spesialis penyakit dalam. Agar tetap bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat, pelayanan di poliklinik dijadwalkan sedemikian rupa.
”Pada 14 Juli 2021, kami telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 2456/445/RSUD.YM tentang Perubahan Sementara Pelayanan di Poliklinik Penyakit Dalam,” ujarnya.
Mengingat saat ini dua dokter spesialis penyakit dalam tengah menjalani isolasi karena terpapar Covid-19, untuk sementara pelayanan dibuka hanya tiga kali seminggu, yakni Selasa, Kamis, dan Sabtu. Dia mengharapkan masyarakat memaklumi hal tersebut.
Hardino menambahkan, pasien terkonfirmasi Covid-19 yang tengah menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 130 orang. Meski tenaga kesehatan banyak yang terinfeksi, hal itu tidak akan mengurangi kualitas pelayanan. Dia menegaskan, dalam kondisi apa pun, pasien wajib mendapatkan pelayanan terbaik.
”Banyaknya tenaga kesehatan kami yang terkonfirmasi positif Covid-19, seharusnya menjadi acuan bagi masyarakat agar tidak mengabaikan protokol kesehatan. Perlu diketahui, selama menjalankan tugasnya, tenaga kesehatan kami menggunakan APD sesuai standar, sama halnya dengan pasien yang masuk harus melalui standar operasional prosedur protokol Covid-19,” ujar Hardino.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan, terus bertambahnya pasien positif Covid-19 berdampak terhadap keterisian ruang isolasi perawatan pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit. Di antaranya, RSUD Doris Sylvanus yang sudah mencapai 100 persen keterisian dan RSUD Murung Raya mendekati 100 persen.
”Banyak orang yang masuk rumah sakit, lalu terjadi penumpukan pasien hingga tidak sebanding dengan rasio tenaga kesehatan. Hal ini tentunya juga berdampak terhadap angka kematian,” katanya.
Kondisi keterisian ruang perawatan tersebut berdampak terhadap tenaga kesehatan yang sudah mulai kewalahan dan kelelahan. Tidak sebandingnya rasio pasien dengan tenaga kesehatan juga membuat sistem pelayanan tidak maksimal.
Secara aturan, pelayanan maksimal yakni, satu pasien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) semestinya dijaga empat perawat. Tetapi, dalam situasi sekarang, empat pasien bisa dijaga satu perawat.
”Salah satu sebab tingginya angka kematian akhir-akhir ini tidak semata oleh Covid-nya, tapi juga karena memang tidak bisa lagi diberi pelayanan maksimal. Tenaga kesehatan, peralatan dan lainnya sudah tidak seimbang lagi,” ucapnya.
Kendati saat ini sejumlah rumah sakit membuat skema perluasan ruang isolasi, namun, Suyuti menegaskan, hal tersebut bukan solusi menyelesaikan masalah lonjakan kasus Covid-19.
Pasalnya, peluasan ruang perawatan tersebut juga harus dibarengi penambahan peralatan medis dan tenaga kesehatan untuk pelayanan. Jika kedua hal tersebut tidak bisa disiapkan, penambahan ruang perawatan tidak akan berjalan maksimal.
”Okelah kalau untuk alat kesehatannya bisa dibeli dalam waktu segera. Tapi, yang menjadi masalah tenaga kesehatannya, karena untuk menciptakan dokter dan perawat perlu bertahun-tahun,” ucapnya.
Skema penambahan tenaga kesehatan dengan merekrut relawan juga perlu menjadi perhatian. Pasalnya, dengan lonjakan kasus yang signifikan, seberapa banyak pun relawan yang direkrut, tetap tidak akan ideal untuk kebutuhan penanganan pasien Covid-19.
”Kalau terus bertambah orang yang masuk rumah sakit, pastinya ruang perawatan dan relawan juga harus bertambah. Seberapa mampu bisa melakukan hal tersebut terus menerus?” ucapnya.
Suyuti menegaskan, salah satu solusi mengatasi hal tersebut hanyalah menjalankan protokol kesehatan dengan sangat ketat. Kewajiban menggunakan masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan bukan sesuatu yang berat untuk dilaksanakan, sehinga tidak ada alasan untuk melonggarkan protokol kesehatan.
”Memang sekarang vaksinasi sudah berjalan, tapi itu belum sampai 70 persen. Sehingga untuk saat ini protokol kesehatanlah yang menjadi satu-satunya cara mengatasi penularan,” katanya.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Kalteng, jumlah penambahan pasien positif dari sebagian besar wilayah Kalteng pada Kamis (15/7), tercatat sebanyak 258 orang dengan43 orang dalam perawatan. Kemudian, sebanyak 201 pasien dinyatakan sembuh. Angka kematian bertambah dengan 14 orang meninggal dunia.
Total kasus positif Covid-19 di Kalteng tercatat sebanyak 29.390 kasus. Rinciannya, 2.952 dalam perawatan, 25.613 sembuh, dan 825 orang meninggal.
RS Darurat
Sementara itu, Polda Kalteng berencana menyiapkan rumah sakit darurat untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19 di Palangka Raya. Langkah itu dilakukan dengan menyewa sebuah hotel. Wakapolda Kalteng Brigjen Pol Ida Oetari Poernamasasi mengatakan, hal itu sebagai bentuk kepedulian dan dukungan moril kepolisian dalam penanganan Covid-19.
”Rencana penyewaan hotel menjadi rumah sakit darurat Covid-19 untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya. Ini lantaran ruang isolasi untuk perawatan penanganan pasien Covid-19 tersebut hampir penuh,” ujarnya.
Oetari menuturkan, petugas yang berada di RS Darurat Covid-19 nantinya akan ditangani tenaga kesehatan dan dokter dari Rumah Sakit Bhayangkara. Para nakes itu telah terlatih serta memiliki pengalaman dalam penanganan perawatan kesembuhan pasien Covid-19.
Hotel yang akan dipilih untuk dijadikan rumah sakit rencananya berlokasi di Jalan Galaxy Palangka Raya. Dipilihnya lokasi itu lantaran posisinya jauh dari lingkungan masyarakat. Selain itu, memiliki fasilitas dan lokasi yang luas, serta berbagai keunggulan lainnya. Termasuk akses jalan, sehingga cocok menjadi tempat perawatan isolasi pasien Covid-19 hingga sembuh.
”Saya sudah melihat kondisinya dan memang cocok untuk isolasi mandiri bagi pasien Covid-19. Maka itu, saya minta masyarakat tetap terapkan prokes sehingga kondisi yang ada ini bisa dilalui dan kita semua terhindar dari wabah tersebut,” katanya. (rin/sla/sho/daq/ign)