Kabupaten Kotawaringin Timur, banjir yang melanda sejumlah desa belum juga surut. Bahkan, bencana di Desa Hanjalipan, Kecamatan Kotabesi, air dilaporkan naik sekitar 3 cm per hari dan berpotensi meninggi.
Camat Kotabesi Ninuk Muji Rahayu mengatakan, ada beberapa desa yang terdampak banjir, yakni Hanjalipan, Palangan, Simpur, Soren, Rasau Tumbuh, Dusun Pemaduan, dan Desa Pamalian. Desa Hanjalipan merupakan wilayah terparah terdampak, dengan ketinggian bisa mencapai 2 meter.
”Kalau untuk desa lainnya pasang surut. Kalau lagi pasang bisa masuk rumah. Tapi, terparah di Desa Hanjalipan dan kedua di Desa Palangan yang ketinggian airnya sekitar 70 cm sampai 1 meter,” ujarnya.
Menurutnya, banjir di Desa Hanjalipan memang setiap tahunnya terjadi. Namun, kali ini paling parah dengan paling tinggi airnya dengan durasi yang lebih lama. Meski demikian, hingga kini kebutuhan pangan warga masih tercukupi.
Mengenai kesehatan warga, Ninuk mengungkapkan, sebagian mulai terserang berbagai penyakit, seperti hipertensi, gangguan pencernaan, dan gatal-gatal. Selama banjir, pelayanan kesehatan di wilayah itu hanya ditangani satu orang dengan jumlah yang harus dilayani 427 kepala keluarga. Satu tenaga medis lainnya sedang cuti melahirkan.
”Saat ini mereka lapor ke saya minta obat-obatan, karena kekurangan,” ujarnya. Di sisi lain, bantuan untuk korban banjir terus berdatangan. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Kotim menyalurkan bantuan bahan pokok yang langsung diterima camat untuk segera didistribusikan pada warga terdampak.
”Bantuan ini sangat membantu warga kami yang terdampak banjir,” ujar Ninuk. Ketua PWI Kotim Andri Rizky Agustian mengatakan, bantuan yang disalurkan PWI Kotim berupa 90 sak beras dan bahan pokok lainnya. Bantuan itu diperoleh dari hasil penggalangan yang dilakukan PWI Kotim. ”Kami berharap bantuan ini meringankan beban warga,” katanya.
Terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Yephy Hartady Periwanto mengatakan, sebanyak 5.251 KK atau 10.585 jiwa terdampak banjir di 51 desa/kelurahan yang tersebar di 8 kecamatan di Kotim.
”Kecamatan Mentaya Hulu paling parah. Ada 2.141 KK yang tersebar di 14 desa dan satu Kelurahan Kuala Kuayan terendam banjir,” kata Yephy.
Kecamatan terparah lainnya di Telaga Antang, Bukit Santuai, Kotabesi, dan Parenggean. ”Telaga Antang merendam 1.111 KK yang tersebar di 10 desa, di Bukit Santuai 809 KK yang tersebar di 14 desa, dan Kotabesi ada 616 KK terendam banjir di 4 desa, dan di Parenggean ada lima desa satu Kelurahan Parenggean dengan total 574 KK terendam banjir,” katanya.
Yephy menuturkan, kondisi banjir di sejumlah kecamatan dikabarkan sudah mulai surut. ”Banjir di Kecamatan Antang Kalang, Bukit Santuai, Telaga Antang, Parengean, dan Mentaya Hulu dikabarkan mulai surut. Mudah-mudahan tidak terjadi hujan deras,” katanya.
Plt Camat Mentaya Hulu Asyari menambahkan, genangan banjir sudah mulai surut berkisar 15-20 cm dari sebelumnya yang mencapai 170 cm. ”Warga sudah mulai beraktivitas,” kata Asyari, seraya menambahkan, paket sembako dari Pemprov Kalteng sebanyak 2.580 paket sudah disalurkan melalui kades masing-masing.
Meski banjir surut, dia mengimbau masyarakat tetap waspada banjir susulan. ”Tetap waspada dan jaga kesehatan. Bagi warga yang merasa sakit segera melapor ke puskesmas atau pustu terdekat. Kita berdoa semoga bencana banjir ini cepat berlalu dan masyarakat dapat beraktivitas kembali dengan normal,” tandasnya. (ang/hgn/ign)