Pemerintah pusat menginstruksikan penurunan harga tes PCR dari Rp 525 ribu menjadi Rp 300 ribu. Kebijakan inipun mendapat respon positif dari Bupati Kotawaringin Timur Halikinnor. “Saya mendukung sekali adanya kebijakan itu, tapi memang sampai saat ini kita masih menunggu regulasinya secara tertulis,” kata Halikinnor.
Halikinnor berharap tarif tes PCR bisa lebih rendah lagi dari Rp 300 ribu. Rendahnya tarif ini tes PCR ini untuk mendukung aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat. “Kami berharap ditekan lagi. Paling tidak, Rp 300 ribu,” tandasnya. Halikinnor mengaku sudah menggelar rapat dengan Forkopimda dan Direktur RSUD dr Murjani Sampit agar pelayanan PCR bisa lebih maksimal.
“Penerbangan agak terganggu aktivitasnya karena terbatasnya penggunaan PCR. Tes PCR di rumah sakit tidak hanya melayani warga Kotim, tapi juga warga dari kabupaten tetangga. Saya minta berapa pun kebutuhan masyarakat, bisa terlayani,” pintanya. Meskipun Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) telah berada pada status Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2, namun hal ini belum bisa menjadikan tes antigen sebagai syarat penerbangan. Syarat penerbangan tetap menyertakan hasil tes PCR negatif Covid-19.
Halikinnor mengatakan telah berkoordinasi dengan Bandara H. Asan Sampit dan berencana mengeluarkan surat edaran terkait penggunaan tes antigen sebagai syarat penerbangan. Rencana tersebut belum bisa direalisasikan karena bandara di Jawa masih mewajibkan tes PCR.
“Saya mau mengeluarkan edaran dan ini sudah disetujui oleh gubernur, karena Kotim sudah level 2, bahkan kalau melihat dari BOR rumah sakit dan kasus Covid-19 di Kotim seharusnya sudah bisa level 1. Permasalahannya, bandara tujuan di Jawa masih menggunakan PCR. Kalau kita keluar Kotim boleh antigen tapi kalau masuk Jawa tidak bisa, kan percuma,” ungkapnya.
Menurutnya, kebijakan ini tidak bisa berdiri sendiri karena saling terkait dengan pihak maskapai maupun bandara di daerah lain. Pemkab bersama Satgas Penanganan Covid-19 Kotim telah merundingkan permasalahan tersebut dan masih akan terus dievaluasi agar tes PCR tidak lagi membebani masyarakat yang ingin melakukan penerbangan. (yn/yit)