Peternak babi di Kabupaten Kotawaringin Timur, resah dengan kematian mendadak ratusan babi. Penyebab kejadian itu belum diketahui pasti. Hanya saja, hal tersebut membuat peternak merugi hingga puluhan juta rupiah. ”Kalau di kelompok kami ada sekitar 150 ekor yang katanya kena virus dan matinya mendadak,” kata Tuah Daniel, peternak di Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga, Rabu (23/2).
Tuah menuturkan, kematian ternaki itu terjadi dalam dua pekan terakhir. Jika ditotal, dari 30 peternak, ada sekitar 150 ekor babi yang mati mendadak. Pihaknya telah melaporkan hal tersebut ke Dinas Peternakan Kotim. Namun, belum ada solusi dan cara untuk menangani ternak yang masih tersisa. ”Sudah dilaporkan dan mereka ada turun. Katanya memang ini akibat dari virus.
Beberapa waktu lalu kami dikunjungi Dinas Peternakan Kotim yang melihat keadaan ternak babi. Sekaligus memberikan penyuluhan untuk mengantisipasi penyakit babi yang ada,” kata Tuah. Menurutnya, petugas memberikan pemahaman agar kandang babi harus bersih dan disemprot. Selain itu, babi harus rutin mandi dan diberi vitamin maupun mineral, baik lewat injeksi atau lewat makanan. ”Paling penting kepada pemilik ternak, jangan berkunjung kepada peternak yang babinya ada yang mati atau peternak yang sudah kena virus harus isolasi, jangan mengunjungi lokasi ternak lainnya, karena sampai sekarang belum ditemukan obat untuk virus ini,” ujar Tuah.
Ternak yang mati langsung dikuburkan di belakang rumah warga agar wabah penyakit babi itu tidak menyebar. Kebanyakan babi yang mati itu berusia 5-7 bulan. Bahkan, sebagian sudah siap untuk dijual dan dipotong. ”Kalau kerugian apabila diakumulasi banyak sekali dan ini kejadian pertama yang membuat ternak kami semuanya mati, khususnya babi,” ujar Tuah.
Peternak babi lainnya, Dilon, mengaku resah. Apalagi ternak milik kerabatnya beberapa hari terakhir ditemukan mati mendadak. Bahkan, babi yang mati itu berukuran besar dan siap untuk dipotong dan dijual. Satu ekor babi harganya mencapai Rp3-4 juta. ”Sekarang babi kami kelihatannya juga mulai sakit, makanya ini pusing juga karena ada wabah penyakit babi ini. Kalau sampai mati juga, pasti rugi besar,” katanya. Selama ini warga bergantung dari penghasilan berternak babi. Bahkan, untuk membiayai sekolah pendidikan hingga ke perguruan tinggi. ”Rata-rata hasil ternak babi jadi penghasilan yang pasti. Bisa menjadi cadangan uang sewaktu-waktu diperlukan,” tandasnya. (ang/ign)