Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) melalui Dinas Pertanian Kotim melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit mulut dan kuku (PMK) agar tidak merebak. Saat ini, tidak ada lagi temuan PMK terhadap sapi di Kotim.
“Di Kotim sudah tidak ada PMK,” kata Kepala Dinas Pertanian Kotim Sepnita, Selasa (21/6). Sebelumnya, dari 18 sampel yang di uji klinis terhadap sapi di Kecamatan Telawang, 17 diantaranya positif PMK. Dari 17 itu kemudian dilakukan pemotongan paksa sebanyak 4 ekor. Sedangkan sisanya ditingkatkan daya tahan sapi hingga 13 ekor dinyatakan sembuh. Bahkan 12 ekor sapi yang sembuh telah disembelih.
“Hanya tinggal satu yang belum sembelih, dan itu sudah sembuh,” sebutnya.
Menurutnya, langkah yang dilakukan agar virus yang dikenal dengan foot and mouth disease ini tidak masuk ke Kotim, yakni dengan melakukan pengawasan intensif terhadap lalu lintas ternak. “Kami berupaya untuk terus memantau, dan saat ini kita tergolong sudah tidak ada lagi PMK,” sebutnya.
Menurutnya, upaya pencegahan dan pengendalian terus dilakukan agar tidak ada kasus terkonfirmasi PMK. Pencegahan dan pengendalian itu penting guna memotong mata rantai penyebaran virus PMK.
Di samping pengawasan, pihaknya juga mengantisipasi dengan menghentikan pemasukan ternak ruminansia dari Jawa Timur. Sementara itu ternak dari Sulawesi masih bisa masuk asal ada surat keterangan sehat dari pejabat otoritas veternier.
Menanggapi pedagang yang merasa dirugikan karena sapi dari Jawa Timur tidak bisa masuk ke Kotim, Sepnita menyarankan pedagang bisa mengambil dari daerah lain.
“Mereka biasa ambil dari Jawa Timur. Tapi karena itu daerah wabah, jadi tidak bisa keluar dari Jawa Timur. Tapi boleh ambil dari lain, tidak masalah sebenarnya itu,” ucapnya.
“Nanti akan ada masuk lagi dari Sulawesi,” tambahnya. Vaksin untuk sapi rencananya baru akan ada pada Agustus mendatang. Sementara itu untuk sapi lokal sendiri tidak ada masalah, selama tidak terjangkit. “Sapi lokal karena tidak terjangkit, aman saja,” tutupnya. (yn/yit)