PANGKALAN BUN - Pemandian umum Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat akhirnya ditutup. Keputusan ini sebagai buntut tewasnya satu pelajar akibat tenggelam di aliran sungai yang dijadikan lokasi wisata air oleh pemerintah desa setempat.
Penutupan dilakukan tanpa batas waktu, hal ini dilakukan untuk evaluasi terhadap pengelolaan wisata pemandian umum di sungai yang berada di Jalan Poros Pasir Panjang menuju Kumai itu.
Meninggalnya NRS (12) mendapat perhatian berbagai pihak, terutama terkait dengan keamanan dan keberadaan petugas pengawas pemandian umum tersebut, mengingat setiap harinya kawasan itu selalu ramai kunjungan warga terutama anak-anak.
Salah seorang keluarga korban tenggelam, Indra Alfian mengatakan bahwa sejatinya retribusi untuk tempat rekreasi semacam itu adalah hal yang lumrah, namun demikian hal itu harus dibarengi dengan peningkatan pelayanan, seperti petugas pengawas.
"Petugas juga harus punya kemampuan untuk melakukan pertolongan pertama, karena namanya sungai pasti ada titik terdalam dan titik yang dangkal. Hal ini perlu diberikan tanda atau peringatan kepada pengunjung agar diketahui," ujarnya.
Usai mengunjungi TKP, Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Kobar Martogi Sialagan, menegaskan bahwa sungai Pasir Panjang tersebut sebenarnya tidak layak untuk dijadikan tempat pemandian umum. Namun karena merupakan lokasi wisata air yang murah sehingga menjadi favorit masyarakat.
Terlebih dalam pelaksanaannya, ternyata fungsi pengawasan dinilai sangat kurang. Salah satunya imbauan kepada pengunjung terutama kepada para orang tua yang datang bersama anak-anaknya.
"Untuk sementara ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan. Penutupan untuk mengevaluasi sistem pengawasan terhadap para pengunjung yang datang untuk berenang," tegasnya.
Ia menyebut berdasarkan keterangan dari pihak pengelola pemandian umum sungai Pasir Panjang, ada dua titik terdalam di sungai tersebut. Kedalaman antara 1 meter dan ada yang 1,5 meter, dan titik yang terdangkal setengah meter.
Titik-titik tersebut yang harusnya dihindari oleh anak-anak saat berenang. Namun karena tidak ada imbauan dan peringatan kepada pengunjung hal itu tidak diketahui oleh masyarakat.
Sehingga pengunjung tanpa rasa takut berenang ke berbagai titik di aliran sungai tersebut. "Kita tadi datang untuk memperingatkan pengelola agar ke depan harus lebih waspada dan pengawasan melekat terus kepada pengunjung, agar tidak terjadi kasus serupa," pungkasnya. (tyo/sla)