Meski Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) masif terjadi di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), namun citra satelit Terra, Aqua S-NPP, dan NOAA20 tidak mampu mendeteksi titik panas yang terjadi wilayah tersebut. Kepala Stasiun Meteorologi (Stamet) Bandara Iskandar Pangkalan Bun, Aqil Ikhsan menjelaskan bahwa tidak terpantaunya titik panas di wilayah Kobar lantaran terhalang tutupan awan.
“Memang kelemahannya citra satelit di musim penghujan ini akan terhalang tutupan awan,” terangnya, Senin (2/1). Lanjut dia, hal itu berbanding terbalik dengan hasil deteksi Citra Satelit untuk wilayah Kalteng yang mendeteksi adanya titik panas (Hot Spot) sebanyak 25 titik dengan tingkat kepercayaan sedang (medium). Dijelaskannya meski saat ini masih masuk musim penghujan, namun terkait dengan jeda hujan beberapa waktu berdasarkan dinamika atmosfer, potensi pertumbuhan awan hujan banyak di wilayah Indonesia bagian timur dan Jawa.
Berbanding terbalik untuk wilayah Kalteng justru berkurang sehingga dalam beberapa hari ini cuaca cenderung cerah, hingga hanya berawan, dan sebagian wilayah hujan ringan. Untuk itu dimohon kepada seluruh lapisan masyarakat tidak membakar lahan atau hutan karena tingkat kerawanan Karhutla sangat tinggi. “Berdasarkan peta tingkat kemudahan kebakaran di wilayah Kalteng, maka peta dengan berwarna merah termasuk Kabupaten Kotawaringin Barat menunjukkan daerah yang sangat mudah terbakar,” pungkasnya. (tyo/sla)