SAMPIT – Aktivitas Bandara H Asan Sampit lumpuh total akibat kabut asap. Hal itu berlangsung selama tiga hari sampai kemarin. Kondisi itu kian diperparah dengan terjadi kebakaran lahan yang mendekati areal bandara, sehingga landasan semakin tertutup asap.
Kebakaran lahan di dekat landasan bandara itu terjadi pada Kamis (17/9). Namun, hingga kemarin (18/9), asap akibat kebakaran tersebut masih terus mengepul. Meski sudah mengerahkan tiga unit mobil pemadam, petugas bandara tetap kewalahan memadamkan api, karena terjadi di lahan gambut tebal.
Tak hanya itu, sepanjang 100 meter pagar pengaman bandara juga roboh akibat kebakaran hutan itu. Kepala Bandara H Asan Sampit Zuber menjelaskan, melihat kondisi cuaca beberapa hari ini, penerbangan dari dan ke Sampit mustahil dilakukan. Pasalnya, jarak pandang di landasan bandara hanya 300 meter.
”Kalau di bandara kita jarak pandang minimal 2.200 meter. Kurang dari itu tidak bisa terbang. Sudah tiga hari ini bandara diwarnai pembatalan penerbangan total,” kata Zuber.
Masih terbatasnya peralatan menjadi penyebab pesawat tidak bisa mendarat atau lepas landas pada jarak pandang kurang dari 2.200 meter. Berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara H Asan Sampit, titik panas di Kotim, kemarin (18/9), hanya terpantau 1 titik, yakni di Kecamatan Pulau Hanaut.
Prediksi Hujan
Sementara itu, dalam beberapa hari ke depan, sejumlah wilayah di Kotim diperkirakan akan diguyur hujan. Perkiraan ini berlaku hingga tanggal 20 September. Kepala BMKG Bandara H Asan Sampit Yulida Warni mengatakan, berdasarkan pengamatan pihaknya, gerimis akan terjadi sejak 18 September. Dia berharap hujan gerimis tersebut mengguyur kota itu.
”Mudah-mudahan hujan itu sampai ke kita,”katanya, Jumat (18/9). Kendati diramalkan terjadi gerimis, bukan berarti kekeringan berakhir. Pada 21 September, musim kekeringan akan berlanjut kembali.
Yulida menjelaskan, potensi hujan di wilayah itu dihalangi pekatnya asap. Sebab, awan hujan sulit terbentuk dengan adanya kabut asap tersebut. Saat kemarau seperti sekarang, lahan di Kotim yang sebagian berupa gambut, sangat kering dan mudah terbakar. Tebalnya gambut menyulitkan pemadaman karena api tidak hanya membakar pohon dan ranting di atas tanah, tetapi juga membakar hingga ke bagian dalam tanah.
”Ketebalan gambut mencapai tiga meter lebih. Saat curah hujan normal 300 milimeter dalam sebulan, itu hanya mampu memadamkan api di permukaan tanah gambut hingga satu meter ke dalam tanah, sementara dari bawah air naik satu meter sehingga di tengahnya masih ada humus yang sewaktu-waktu mudah terbakar,” jelasnya.
BMKG berharap semua pihak meningkatkan kesiagaan menanggulangi kebakaran lahan. Dia memperkirakan, hingga akhir Oktober nanti belum terjadi hujan. Jika terjadi hujan pun curah hujannya diperkirakan kurang dari 50 milimeter, sehingga belum bisa memadamkan kebakaran lahan yang ada.
Sekadar diketahui, hujan gerimis sempat terjadi di beberapa titik di dalam Kota Sampit. Gerimis sempat terjadi pada Jumat (18/9), dini hari, namun hanya sesaat. Sejumlah warga berharap hal itu menjadi pertanda berakhirnya musim kemarau agar bencana kabut asap juga berakhir. (oes/ign)